Kamis 22 Dec 2016 02:30 WIB

Akses Para Ibu dalam Pembangunan Harus Dibuka

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah anggota Pramuka membasuh kaki Ibu mereka dalam acara kwartir nasional gerakan pramuka
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Sejumlah anggota Pramuka membasuh kaki Ibu mereka dalam acara kwartir nasional gerakan pramuka "Membasuh kaki Ibu" di Taman Rekreasi Wiladatika, Jakarta Timur, Rabu (21/12).Kegiatan tersebut dalam rangka menyambut Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peranan para ibu dalam pembangunan harus dibuka. Ketua PP Nasyiatul Aisyiyah Diyah Puspitarini mengatakan, Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember merupakan tonggak peringatan perjuangan seorang ibu dengan berbagai kendala yang ada.

Setiap perempuan yang juga ibu, kata dia, hendaknya diberikan kesempatan yang sama atas semua akses kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Tantangan para ibu sekarang adalah kesempatan akses pekerjaan dan kemudahan dalam menyeimbangkan antara profesionalitas dan tanggungjawab sebagai ibu rumah tangga.

"Para ibu masih dianggap sebagai obyek pembangunan. Mereka masih saja menjadi korban kekerasan dan keterbelakangan sehingga perlu diperhatikan dan diberikan advokasi," ujar Diyah melalui pesan aplikasi daring, Rabu (21/12).

Selama ini banyak ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Seorang ibu yang menjadi tulang punggung pasti melakuan pengorbanan untuk keluarga. Hal ini perlu mendapat apresiasi dan fasilitasi agar ibu juga berkonsetrasi dalam pendidikan anak.

PP Nasyiatul Aisyiyah masih memperjuangkan hak cuti bagi ibu melahirkan agar diperpanjang empat bulan. Juga mendorong berbagai pihak untuk membuat ruang laktasi di fasilitas umum agar memberikan kesempatan ibu menyusui.

PP Nasyiatul Aisyiyah mengusung program Ibu Tangguh untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut dan menjadikan ibu sebagai subyek pembangunan. Perlu ada kesamaan pemahaman tentang kesetaraan dan pembagian tugas antara peran ibu, ayah, dan seluruh anggota keluarga.

"Sebagai organisasi ramah perempuan dan anak, Nasyiatul Aisyiyah memandang ibu bekerja bukan halangan. Hal ini bisa dilakukan dengan manajemen waktu dan pola pembagian tugas dalam keluarga. Tanggungjawab pengasuhan tidak semata2 tertumpu pada ibu, tetapi ibu  dan ayah saling berbagi tugas dan peran," ungkap Diyah.

PP Nasyiatul Aisyiyah juga memelopori aktivitas ramah anak dimana dalam semua kegiatan ibu-ibu tetap bisa mengajak anak-anak mereka karena anak-anak mendapatkan fasilitas khusus. Hal ini Nasyiatul Aisyiyah maksudkan untuk mengubah citra ibu bekerja dan beraktivitas terhambat dengan tanggungjawab anak menjadi ibu beraktivitas maju bersama anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement