Rabu 21 Dec 2016 10:09 WIB

Memperkenalkan Situs Sejarah Manusia Purba Lewat Batik

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Fosil manusia purba
Foto: Antara
Fosil manusia purba

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah telah mencanangkan program untuk mendukung pertumbuhan dan pengembangan UMKM di Indonesia. Bahkan, sejak 2015 Kementerian Koperasi dan UMKM membuat skim pembiayaan modal usaha yang diperuntukkan bagi wirausaha pemula atau start up, melalui Gerakan Nasional 100 Start Up hingga 2020 mendatang. 

Pertumbuhan dan pengembangan UMKM tidak bisa lepas dari proses pemberdayaan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah daerah, terutama di wilayah pedesaan. Salah satu warga masyarkat yang berhasil melakukan pemberdayaan dan menumbuhkan UMKM di pedesaan adalah Budi Siwi. Wanita asal Ngawi ini telah memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di Desa Munggut, Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi, Jawa Timur untuk membuat batik. Wanita yang akrab disapa Siwi tersebut mengatakan, motivasi awal dia mengembangkan batik adalah karena anaknya.

“Anak kedua saya tuna rungu sejak lahir dan mengambil jurusan jahit ketika sekolah di SLB (Sekolah Luar Biasa), setahun sebelum anak saya lulus, saya berpikir bagaimana caranya agar dia menjadi anak yang mandiri karena kebetulan cara berpikirnya lebih lambat dari yang lainnya,” ujar Siwi kepada Republika, Kamis (21/12).

Menurut Siwi, apabila anaknya ingin bersaing di dunia kerja maka dia harus memiliki kelebihan lain. Pada 2009 batik Indonesia secara resmi diakui oleh UNESCO dengan dimasukkan sebagai Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. Berangkat dari pencanangan tersebut, Siwi bersama dengan anaknya mengambil kursus membatik di salah satu sanggar batik di Yogyakarta. Setelah itu, mereka melakukan eksperimen sendiri selama setengah tahun dan kemudian mulai bisa memproduksi. 

Ketika akan mengembangkan batiknya lebih jauh lagi, Siwi terkena musibah yakni suaminya meninggal dunia pada 2010 karena jantung. Kondisi ini tidak membuat Siwi terpuruk, justru dia semakin serius dan totalitas untuk mengembangkan bisnis batiknya serta  mulai merangkut ibu-ibu rumah tangga di desanya.

Siwi mengatakan, sebelumnya ibu-ibu rumah tangga di sekitar desanya sama sekali tidak mengerti dengan cara pembuatan batik. Kemudian, Siwi mengajat ibu-ibu rumah tangga tersebut untuk pelatihan bersama mulai dari pengenalan peralatan membuat batik seperti canting dan cara membuatnya sampai menjadi kain batik yang siap pakai. 

“Seiring dengan berjalannya waktu, batik kami diapresiasi oleh pemerintah daerah dan dipromosikan sebagai batik khas Ngawi,” kata Siwi.

Batik buatan Siwi memiliki ciri khas dan karakter tersendiri. Untuk menciptakan ciri khas tersebut, pada awalnya Siwi belajar dari logo Pemerintah Daerah Ngawi yang ada di seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dari situ, dia mengembangkan terus desain batiknya hingga pada akhirnya dia mengangkat Trinil yang merupakan situs penemuan manusia purba pertama di Ngawi sebagai ciri khas batiknya. Berangkat dari situs sejarah tersebut, Siwi kemudian membentuk motif tulang dan hal ini menjadi ciri khas batiknya sampai sekarang.

Siwi telah mendidik dan memberdayakan sekitar 200 ibu rumah tangga di dua kecamatan di wilayah Kabupaten Ngawi. Dari 200 orang ini, ada yang bekerja penuh waktu namun ada pula yang freelance. Siwi mengatakan, pekerjaan membatik tersebut bisa dibawa pulang sehingga mereka bisa bekerja sambil merawat anak dan suami di rumah.

Upaya Siwi untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di desa mendapatkan apresiasi dari pamong desa setempat. “Yang lucu itu, ada pamong desa yang datang kepada saya dan bilang terimakasih karena orang-orang didesanya sudah tidak ada yang berantem dan bergosip lagi setelah kenal canting, bahkan ketika jeda panen bapak-bapaknya juga ikut membantu,” ujar wanita berkaca mata tersebut. 

 

 

 

 

Siwi mengatakan, para ibu rumah tangga yang sudah dibina tersebut bisa mengantongi penghasilan rata-rata sekitar Rp 500 ribu per bulan. Semakin rajin mereka membatik, maka penghasilan yang didapatkan akan semakin besar sehingga lambat laun hal ini dapat memberdayakan perempuan dan mengentaskan warga dari kemiskinan. Berkat tekad bulatnya tersebut, Siwi berhasil masuk nominasi Pro Poor pada 2014 dari Pemerintah Jawa Timur. Tak hanya itu, Siwi juga mendapatkan gelar sebagai Duta Hasanah dalam program Hasanah Empowerment oleh BNI Syariah. 

Siwi sangat bersyukur dengan penghargaan yang telah diraihnya karena cita-cita dia untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri di desa bisa tercapai. Kini pemasaran batik buatan Siwi semakin luas, dia telah memiliki galery dan workshop tersendiri. Selain itu, dia juga telah membuka outlet dan menitipkan batiknya di sejumlah hotel maupun rumah makan besar. 

Ke depan, Siwi akan mengembangkan produk kerajinan lainnya yakni souvenir yang dibuat dari bambu dengan menyasar pemberdayaan untuk komunitas anak tuna rungu sehingga pada akhirnya nanti mereka bisa bekerja secara mandiri. Dalam menyongsong Hari Ibu ini, Siwi berpesan bahwa di tengah era ekonomi yang sulit perempuan harus berani mandiri, berwirausaha, dan kreatif. Menurut ibu dari tiga orang anak tersebut, untuk bisa berkarya dan berguna bagi sesama masyarakat maka harus kreatif dan pantang menyerah. N. rizky jaramaya

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement