REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Harga cabai mengalami kenaikan setelah hujan terus terjadi selama beberapa pekan terakhir. Para pedagang di pasar Tradisional pun mengeluhkan kenaikan karena semakin berkurangnya pendapatan.
Hal itu disampaikan Rina Sukmawati, salah satu pedagang di Pasar Induk Cikurubuk. Ia menyebut cabai rawit yang dijualnya mengalami kenaikan hingga 100 persen selama beberapa pekan terakhir. Menurutnya, satu kilogram cabai rawit yang mulanya dijual Rp 30 ribu malah menjadi Rp 60 ribu sampai Rp 65 ribu per kilogram. Ia meyakini hal itu terjadi lantaran hujan yang menggangu panen cabai.
“Ya karena faktor cuaca kayak gini jadi dari yang suplai sudah mahal, tapi mau bagaimana lagi kami tidak bisa berbuat banyak, padahal yang beli suka ngeluh," katanya pada wartawan, Jumat (16/15).
Pedagang lain, Jajat Kurnia ikut merasakan komplain dari pembeli yang menderita akibat mahalnya cabai. Bahkan menurutnya kenaikan ikut terjadi pada sejumlah jenis sayuran lainnya. Hal itu misalnya kembang kol yang awalnya Rp 10 ribu malah naik hingga Rp 23 ribu per buah.
“Mau bagaimana lagi, musim hujan sudah risiko beberapa jenis sayuran melonjak drastis. Pembeli pun karena butuh ya tetap saja dibeli,” ucapnya.
Salah satu ibu rumah tangga, Rahma, mengakui dirinya harus cerdik mengolah masakan agar bisa menyesuaikan kenaikan harga. Jika tidak begitu, ia mengaku pengeluaran untuk memasak akan membengkak.
"Ya memang naik sih sayuran dan cabai, jadi mesti pinter-pinter deh ngolah masakan biar tidak kemahalan nanti pengeluaran bulanannya," ucapnya.