Rabu 14 Dec 2016 22:50 WIB

325 KK di Mataram Mengungsi Akibat Banjir

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga Mataram yang mengungsi karena banjir, Rabu (14/12).
Foto: republika
Warga Mataram yang mengungsi karena banjir, Rabu (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Warga Kelurahan Kekalik Jaya, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram terpaksa harus mengungsi akibat terjadinya banjir yang menggenangi wilayahnya sejak sore hari. Lurah Kekalik Jaya, Faturahman, mengatakan, ada sekitar 325 Kepala Keluarga yang diungsikan di dua masjid yang berada di Kekalik Jaya, yakni Masjid al Istiqomah dan Masjid al Mabrur.

"Air naik setelah hujan deras sekitar pukul 17.00 Wita," katanya saat ditemui Republika.co.id di Masjid al Istiqomah, Kekalik, Mataram, Rabu (14/12).

Ia pun berinisiatif untuk meminta warga terutama lansia dan anak-anak untuk segera diungungsikan melalui pengeras suara yang ada di masjid. Kekalik Jaya yang terdiri dari tiga lingkungan yakni Kekalik Kijang, Kekalik Barat, dan Kekalik Timur merupakan wilayah yang berada di bantaran Sungai Ancar.

Meski berada di bantaran Sungai Ancar, ia katakan, baru kali ini lokasinya mengalami kondisi banjir seperti ini.

"Tumben, baru kali ini sampai mengungsi," ungkapnya.  

Ia mengaku bersyukur aksi cepat tanggap yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mataram dan NTB serta Dinas Sosial NTB yang telah memberikan bantuan berupa makanan, minuman, dan alas untuk tidur.

Warga Kekalik Jaya, Tasya mengaku heran dengan banjir yang melanda kampungnya. Pasalnya, meski hujan deras, wilayah Kekalik Jaya tak pernah dilanda banjir, bahkan sampai harus mengungsi.

"Ini baru pertama kali, dulu-dulu ndak pernah," ungkapnya penuh keheranan.

Ia memutuskan membawa ketiga anak dan ibunya untuk mengungsi ke masjid usai mendengar pengumuman dari pengeras suara di masjid. Tasya mengaku khawatir jika memaksakan diri di rumah justru akan membuat bahaya anak-anak melihat derasnya air yang masuk rumahnya.

"Ibu saya sampai harus dibopong karena sudah tua, ponakan yang laki-laki masih di rumah untuk berjaga-jaga," lanjutnya.  

Tasya bersyukur atas cepatnya bantuan seperti makanan yang diberikan bagi para pengungsi di Kekalik Jaya.

Taseni, warga Kekalik Jaya lainnya, mengaku mengungsi lantaran khawatir akan keselamatan anak-anak. Dia heran dengan banjir yang melanda daerah ini lantaran tak pernah terjadi sebelumnya.

"Dulu hujan deras enggak pernah banjir, ini mungkin karena banyaknya perumahan jadi airnya terhambat," paparnya.  

Pantauan Republika.co.id pada pukul 22.45 Wita, pintu masuk menuju Kekalik Jaya yang berada di depan Universitas Mataram ditutup aparat kepolisian untuk kendaraan roda empat. Meski di beberapa titik air sudah mengalami surut, namun di titik lain seperti di Jalan Swasembada banjir masih terlihat cukup tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement