Rabu 14 Dec 2016 06:09 WIB

Ahok Menangis dengan Tulus?

Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjalani sidang perdana kasus dugaan penistaan agama di PN Jakarta Utara, Selasa (13/12).
Foto: Antara/Tatan Syuflana
Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjalani sidang perdana kasus dugaan penistaan agama di PN Jakarta Utara, Selasa (13/12).

Ahok Menangis dengan Tulus?

Oleh: DR  Iswandi Syahputra, Pengamat Komunikasi/Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

=============

Christophe Dugarry, mantan pemain sepak bola Barcelona asal Prancis pernah berpura-pura menangis di hadapan Louis van Gaal. Dugary menangis di hadapan pelatih Barcelona saat itu untuk meraih simpati agar dia bisa dijual ke klub lain. Butuh latihan dan penghayatan yang dalam agar bisa berpura-pura menangis. Sebagai pemain bola, mudah bagi Dugary berpura-pura menangis karena dia juga dilatih untuk berpura-pura kesakitan (diving) saat di tackle di lapangan.

Beberapa sahabat Rasulullah SAW juga sering menangis, sebut saja Abu Bakar Ra atau Umar Ra. Keduanya sering menangis saat menjadi Imam sholat atau membaca Al-Qur’an terutama saat membaca ayat tertentu. Umar Ra, merupakan sahabat Rasul yang paling tegas, keras dan berani. Toh, bisa juga menangis. Ini terjadi karena kekuatan, keyakinan, dan penghayatan Sahabat Rasul pada Alqur’an.

Saat membaca Nota Keberatan (eksepsi) dalam persidangan, Ahok juga menangis. Apakah Ahok berpura-pura menangis seperti Dugarry? Atau Ahok menangis karena kebenaran, keyakinan, atau penghayatannya pada Al-Qur’an?

Tidak, tidak keduanya. Ahok menangis dengan tulus, bukan berpura-pura. Tapi Ahok juga menangis bukan karena kebenaran, keyakinan, atau penghayatan pada Al-Qur’an. Ahok manusia biasa, dia bisa sedih dan menangis.

Dan dia menangis bukan karena menyesal tapi disorong perasaan sedih mengenang orang tua angkatnya yang sudah meninggal dunia. Selesai. Soal tangisan Ahok, berhenti sampai disitu.

Tapi…. tangisan Ahok menjadi penting karena dua hal:

PERTAMA, itu bukan tangisan penyesalan. Ini sesuai dengan sikap Ahok yang berkali-kali meyakinkan majelis hakim dan publik bahwa dirinya tidak ada niat menista kitab suci Al-Qur’an dan Ulama. Artinya, Ahok orang yang konsisten pada sikapnya. Singkatnya, Ahok merasa tidak bersalah. Dan dia menangis bukan karena rasa bersalah.

KEDUA, ini masa kampanye Pilkada DKI. Ahok menangis atau tidak, persidangan merupakan kesempatan emas ‘beriklan’ gratis tentang apa yang sudah dilakukan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Itulah maka sebabnya, Nota Keberatan yang seharusnya berisi tentang kaburnya tuntutan, diisi dengan sejumlah capaian yang telah dilakukan Ahok saat menjadi Gubernur DKI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement