REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Search and Rescue (SAR) terus melakukan pencarian dan penyelamatan korban gempa bumi 6,5 Skala Richter (SR) di Aceh selama masa tanggap darurat.
Pada Senin siang (12/12) tim SAR menemukan satu korban meninggal atas nama Devi Srijalani (22) di Pidie. Fokus utama tim SAR saat ini membantu membersihkan puing-puing bangunan.
"Dengan demikian jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Aceh adalah 102 orang, 96 orang di Pidie Jaya, empat orang di Pidie dan dua orang di Bireuen. Korban luka-luka 857 orang. Pengungsi 83.838 orang tersebar di 124 titik," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (13/12).
Sebanyak 4.836 personil dari kementerian, lembaga, TNI, Polri, pemda, relawan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi masyarakat dan lainnya masih melakukan penanganan darurat.
Pemerintah mendampingi Pemerintah Daerah, baik dana, logistik, peralatan, manajerial dan tertib admistrasi. Kepala BNPB terus di lokasi bencana untuk mengkoordinir potensi nasional untuk membantu pemerintah daerah.
Sutopo mengatakan bantuan terus berdatangan ke posko utama. Bertambahnya jumlah pengungsi juga disebabkan masih seringnya gempa susulan. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendata sudah 88 kali gempa susulan. Masyarakat, kata dia, takut dan khawatir adanya guncangan sehingga merasa nyaman di pengungsian.
Dia mengatakan masalah penyediaan air bersih belum semuanya melayani titik pengungsian dengan baik. "Kondisi sumur banyak yang kering dan dangkal pascagempa. Jika pun ada airnya keruh sehingga tidak dapat dikonsumsi," ujar Sutopo.
Trauma healing kegiatan psikososial dan pelayanan kesehatan dilakukan kepada pengungsi. Klaster nasional penanganan pengungsi, klaster kesehatan dan klaster logistik terus melayani pengungsi.
Kebutuhan mendesak lainnya yakni sandang dan pangan, MCK, air bersih, relawan, tenda dan shelter, kebutuhan bayi, sarung, mukena dan lainnya. Posko utama terus menyalurkan bantuan ke pengungsi.