REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Purwakarta, menjelang akhir tahun masih mahal. Saat ini, harganya tetap bertahan di Rp 60 ribu per kilogram. Padahal, akhir November kemarin, harga komoditi tersebut sempat turun jadi Rp 50 ribu. Namun, di awal Desember kembali naik.
Sudrajat (45 tahun), pedagang sayuran di Pasar Leuwi Panjang, Kabupaten Purwakarta, mengatakan, harga cabai sempat turun menjadi Rp 50 ribu per kilogram. Namun, tidak bertahan lama. Sebab, pada awal bulan ini harga cabai tersebut kembali naik. Bahkan, kecenderungannya tidak akan turun lagi sampai akhir tahun.
"Harga tersebut berlaku untuk semua jenis cabai merah, baik yang keriting maupun yang bukan," ujar Sudrajat, kepada Republika.co.id, Senin (12/12).
Selain itu, cabai rawit merah juga harganya sama. Adapun, cabai rawit hijau harganya lebih murah Rp 10 ribu per kilogram. Yakni, hanya Rp 50 ribu per kilogram. Meskipun harga cabai tetap mahal, suplainya tetap ada.
Namun, lanjut Sudrajat, stoknya tidak banyak. Tergantung dengan kebutuhan saja. Seperti dirinya, saat ini kebutuhannya hanya 10 kilogram. Yakni, untuk cabai merah tiga kilogram. Sisanya, untuk cabai rawit merah dan hijau.
Padahal, sebelum harganya mahal suplai untuk kebutuhannya bisa mencapai 20 kilogram. Tetapi, saat harga mahal, pedagang lebih memilih mengurangi suplai. Supaya, tidak banyak modal yang keluar. Apalagi, cabai ini termasuk jenis sayuran yang tak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama.
"Ketimbang rugi akibat busuk, mending belanja cabainya sedikit saja," ujarnya.
Pedagang lainnya, Sinta Nurlaila (32 tahun), mengatakan, mahalnya harga cabai ini akibat cuaca buruk. Jadi, banyak petani cabai yang gagal panen karena curah hujan tinggi dan serangan hama. Karenanya, suplai untuk pedagangnya berkurang.
"Permintaan tinggi, suplainya kurang. Karenanya, harga cabai terus merangkak naik," ujarnya.
Secara terpisah, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengimbau ke masyarakat supaya mau menanam cabai. Disarankan, setiap rumah minimalnya punya satu pohon cabai. Supaya, kebutuhan akan cabai bisa dipenuhi dari hasil tanaman sendiri. "Kita ingin, semua warga tak ketergantungan terhadap cabai di pasaran," ujarnya.
Dengan begitu, diharapkan permintaan akan cabai menurun. Sebab, masing-masing rumah tangga punya pohon cabai. Dengan penurunan permintaan ini, maka berdampak pada penurunan harga komoditi tersebut.