Kamis 08 Dec 2016 10:21 WIB

Airnav Targetkan Pasang Teknologi Navigasi dari BPPT ke 8 Bandara

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Winda Destiana Putri
 Menteri Ristek dan Dikti, Mohammad Nasir (depan) saat mengunjungi tempat pembuatan pesawat di PT. Dirgantara Indonesia, Bandung, Selasa(201/1).  (foto: Septianjar Muharam)
Menteri Ristek dan Dikti, Mohammad Nasir (depan) saat mengunjungi tempat pembuatan pesawat di PT. Dirgantara Indonesia, Bandung, Selasa(201/1). (foto: Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir menyebutkan teknologi navigasi Automatic Dependent Surveillance – Broadcast (ADS-B) sudah siap digunakan. Sementara Kepala Airnav Indonesia Bambang Tjahjono menargetkan akan memasang teknologi buatan anak bangsa itu ke delapan bandara di Indonesia.

"Kami menargetkan delapan bandara dipasang teknologi ini. Nanti tergantung sertifikasi dari Kemenhub," kata Bambang saat kunjungan kerja Menristekdikti ke kantor Airnav Indonesia di Jakarta Air Traffic Services Center (JATSC), Rabu (7/12) sore.

Untuk tahap awal, alat tersebut sudah terpasang di Bandara Hussein Sastranegara Bandung dan Bandara Ahmad Yani Semarang. Dan selanjutnya, ucap Bambang, akan dipasang juga di Bandara Adi Soemarmo Solo. Dan menyusul bandara-bandara lain tergantung kesiapan dari alat tersebut.

Bambang mengaku senang dengan adanya teknologi yang diciptakan oleh anak bangsa sendiri itu. Menurut dia, hal itu akan mempermudahnya jika nantinya ada kerusakan pada alat tersebut.

Sementara itu Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo menyebutkan bandara-bandara dengan tingkat mobilitas yang tinggi tentu membutuhkan alat tersebut. Karena teknologi itu menurut dia bisa melihat segala seluk beluk pesawat yang terbang di udara, baik dari jenisnya, kecepatannya, manuvernya, ketinggiannya dan lain sebagainya. "Nantinya tidak ada blank spot lagi. Semua terpantau," ujarnya.

Mohammad Nasir optimis inovasi yang ditelurkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu tidak ada deviasinya dengan produk dari luar negeri. Ternyata setelah dibandingkan, teknologi tersebut mampu bersaing dengan produk Prancis dan Spanyol, seperti yang biasa digunakan Airnav Indonesia.

"Saya ingin deviasinya zero, ternyata setelah ricek hasilnya semua sama. Artinya teknologi kita mampu bersaing dengan produk luar negeri. Dan harganya sangat kompetitif."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement