Senin 05 Dec 2016 17:08 WIB

Harga Bahan Makanan Mahal, Inflasi Jabar Meningkat

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: M.Iqbal
Harga Cabai Turun: Sorang pedagang melayani pembeli di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (11/7). Usai lebaran harga bahan baku seperti cabai turun dari 80ribu perkilo menjadi 50ribu perkilo.
Foto: Mahmud Muhyidin
Harga Cabai Turun: Sorang pedagang melayani pembeli di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (11/7). Usai lebaran harga bahan baku seperti cabai turun dari 80ribu perkilo menjadi 50ribu perkilo.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Tekanan inflasi Jawa Barat pada November meningkat ke level 0,55 persen dari bulan sebelumnya sebesar 0,09 persen. Peningkatan inflasi ini terjadi dikarenakan kenaikan harga bahan pangan.

"Bulanan ini khususnya didorong oleh kenaikan harga-harga bahan makanan atau komponen volatile food," kata Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Soekowardojo seperti dalam rilis yang diterima Republika di Bandung, Jawa Barat, Senin (5/12).

Menurutnya, andil inflasi bulanan dari kenaikan harga pangan merupakan yang terbesar, yakni mencapai 0,37 persen. Separo dari nilai itu bersumber dari kenaikan bahan makanan.

Kenaikan harga pangan ini, ujar Soekowardojo, karena berkurangnya pasokan di tengah berlangsungnya masa tanam pada sejumlah komoditas. Curah hujan yang tinggi akibat La Nina juga berdampak kepada menurunnya produktivitas khususnya pada tanaman hortikultura. 

Adapun komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan terbesar mayoritas berasal dari subkelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. Di mana memang mengalami peningkatan inflasi bulanan tertinggi dibanding bulan sebelumnya. 

"Secara berturut-turut meliputi bawang merah sebesar 0,14 persen, cabai merah 0,14 persen, beras 0,05 persen, cabai rawit 0,04 persen, tomat sayur 0,04 persen, dan jagung manis 0,01 persen," ujarnya. Kenaikan harga pada komoditas bawang merah terjadi akibat panen raya yang belum terjadi merata di seluruh sentra. 

Walaupun Brebes sebagai salah satu sentra produksi bawang merah nasional telah mengalami panen raya pada pertengahan November, namun produktivitas tanaman pada panen raya kali ini menurun dibanding panen sebelumnya. Dalam kondisi normal, produktivitas tanaman dalam 1 ha menghasilkan 10 ton bawang merah, sedangkan pada panen kali ini hanya sekitar 7 ton per ha. 

Hal ini disebabkan oleh kondisi curah hujan tinggi yang menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit, seperti busuk umbi dan bercak daun. Sementara itu, kata Soekowardojo, di beberapa lokasi sentra lainnya seperti Cirebon dan Yogyakarta musim tanam masih berlangsung sehingga stok relatif menipis. 

Hal yang sama juga terjadi dengan komoditas cabai, di mana terjadi penurunan pasokan akibat gagal panen sebagai imbas cuaca yang buruk di beberapa sentra, salah satunya Cirebon. Ia menambahkan menipisnya pasokan padi juga kembali meningkatkan harga pada komoditas ini. 

Hal ini tercermin pada kenaikan harga beras di penggilingan di mana untuk kualitas premium meningkat 1,51 persen dan kualitas medium sebagai jenis yang paling banyak dikonsumsi masyarakat meningkat 0,05 persen. "Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi ditahan oleh penurunan harga pada sejumlah komoditas utama khususnya daging dan hasil-hasilnya (daging ayam ras) yang mengalami penurunan tekanan inflasi dibanding bulan sebelumnya," tuturnya.

Pada kelompok inflasi inti juga terjadi peningkatan baik pada inflasi bulanan, yakni dari 0,09 persen menjadi 0,22 persen secara bulanan. Masih tingginya permintaan untuk jasa komunikasi khususnya berbasis data internet mendorong kembali naiknya tarif pulsa ponsel sebesar 1,51 persen di November. 

Kegiatan pembangunan khususnya proyek infrastruktur pemerintah yang semakin didorong menjelang akhir tahun juga meningkatkan permintaan dan harga untuk komoditas pasir 1,43 persen.​ Kelompok administered prices pada November 2016 tercatat mengalami inflasi bulanan sebesar 0,22 persen. Penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah komoditas bensin 0,38 persen dan bahan bakar rumah tangga 0,33 persen. 

"Pada November, Pemerintah menaikkan harga BBM Non Subsidi yaitu Pertamax dan Pertamax Plus masing-masing Rp 250 per liter dan Rp 200 per liter," ujarnya. Selain itu, komoditas rokok kretek filter kembali menjadi penyumbang inflasi utama dari kelompok ini, di mana berdasarkan historisnya, harga rokok kretek di November akan meningkat dibanding Oktober sebagai bentuk penyesuaian harga rokok akibat kenaikan cukai.  

Berdasarkan kota perhitungan inflasi, seluruh kota mengalami inflasi pada bulan November. Adapun inflasi tertinggi terjadi di Kota Bekasi 0,80 persen di mana hal ini juga disebabkan oleh kenaikan harga-harga komoditas pangan utama seperti bawang merah, cabai merah, beras, daging ayam ras, jeruk, cabai rawit, dan tomat sayur. Adapun inflasi terendah terjadi di Kota Tasikmalaya 0,28 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement