REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak kepolisian mengakui sebenarnya sudah menyiapkan tim khusus anti anarkis untuk mengantisipasi kericuhan dalam Aksi Bela Islam II pada Jumat (4/11). Namun Tim anti anarkis itu tidak diturunkan karena pihak kepolisian lebih memilih cara persuasif.
Apalagi saat Aksi Bela Islam III pada 2 Desember 2016 lalu tersebut berjalan sangat tertib dan sesuai dengan prosedur. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Kapolri, Jenderal Tito Karnavian, saat melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR RI.
“Kita memang siapkan tim khusus anti anarkis bila terjadi kondisi gangguan masyarakat, yang membahayakan keselamatan publik. Kita siapkan pasukan bersenjata yang hanya boleh keluar atas perintah Kapolda dan Kapolri. Tapi sampai akhir demo tidak ada yang keluar," ujar Tito, di Kompleks Parlemen, Senin (5/12).
Memang kata Tito, pada Aksi Bela Islam II sempat terjadi pelemparan botol minum air mineral di depan Istana Negara. Pelemparan botol air mineral itu dilempar ke arah depan Istana Negara dan 22 petugas yang tengah berjaga.
Hingga Aksi Bela Islam III tim tersebut, perintah tetap tidak dikeluarkan, karena situasi masih dapat dikendalikan oleh petugas pada malam harinya.
Sebelumnya Kepolisian telah melakukan terhadap 11 orang yang awalnya diduga melakukan makar. Kemudian dari 11 orang yang dikategorikan sebagai 'penumpang gelap' pada Aksi Bela Islam itu hanya tiga orang yang ditahan sementara delapan orang tidak dikenakan penahanan.