REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Penasihat Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI), Habib Muhammad Rizieq Syihab, mengaku ada upaya-upaya untuk menggembosi aksi damai bela Islam jilid III (Aksi Damai 212). Aksi damai yang digelar di bilangan Monas, Jakarta, Jumat (2/12) lalu digelar untuk mendesak penahanan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam kasus penistaan agama.
Mengevaluasi Aksi Bela Islam III, Habib Rizieq mengatakan adanya upaya penggembosan terhadap aksi damai 212. Pertama, penggembosan berupa fitnah bahwa aksi damai tersebut merupakan makar. Kedua, ada upaya penggembosan dengan menggulirkan isu bahwa shalat Jumat di jalan itu tidak sah.
Ada pula upaya untuk menghalang-halangi peserta aksi dari daerah untuk pergi ke Jakarta. ''Kalau menggunakan logika, Aksi 2 Desember harusnya gagal. Jangankan berlipat ganda, menyaingi Aksi Bela Islam I dan II saja tidak bisa,'' kata Habib Rizieq di Markaz Syariah, Petamburan, Jakarta melalui streaming, Ahad (4/12).
Keempat, upaya penggembosan lewat pernyataan pimpinan keamanan negara yang membuat suasana menjadi tegang. Terakhir yakni sejumlah ulama, habaib, dan kiai didatangi dan dibujuk agar tidak hadir dalam Aksi Bela Islam jilid III.
''Ini semua dalam rangka penggembosan habis-habisan,'' katanya. ''Tapi Alhamdulillah setelah komunikasi dan diskusi, akhirnya kami terima permintaan yang diajukan pemerintah.''