REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa nasionalisme dan jiwa kebangsaan di kalangan anak muda saat ini mulai terkikis sedikit demi sedikit. Karena itu, pemahaman tentang nilai kebangsaan harus dibangun kembali secara konsisten dan bersama-sama.
Pendapat ini disampaikan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani dalam penutupan Diskusi Panel Serial bertema 'Membangun Budaya dan Nilai Keindonesiaan Demi Masa Depan Bangsa' di Jakarta, Jakarta, dalam keterangan persnya, Sabtu (3/12).
Dalam diskusi yang digelar Yayasan Suluh Nuswantara Bakti ini, Menteri Puan menegaskan bahwa kebersamaan sebagai warga negara Indonesia masih bisa terjaga karena ada satu kesamaan jiwa dalam rasa nasionalisme.
"Tapi saat ini karena pengaruh globalisasi telah membuat anak-anak muda bersikap kebarat-baratan. Ini menjadi sebuah pekerjaan yang harus kita pikirkan," ujar Puan.
Cucu Proklamator Kemerdekaan Ir. Soekarno ini menjelaskan, generasi muda saat ini harus bangga sebagai bangsa Indonesia. Ini artinya Pancasila sebagai dasar negara jangan sampai hanya dijadikan jargon, tapi harus disadari secara sungguh-sungguh bahwa kita semua masih bisa bersatu karena ada Pancasila sebagai dasar.
"Karena itu, saya selalu katakan pentingnya gotong royong. Ini kemudian tak bisa lepas dari Bhinneka Tunggal Ika, bahwa berdiri tegak menjadi satu dalam keragaman. Ada 17.000 pulau dan 633 suku besar yang ada di Indonesia sehingga kita harus mengatakan satu Indonesia," imbuh Puan.
Menteri Puan juga mengingatkan bahwa gotong royong menjadi kata kunci, karena pembangunan itu tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Pemerintah tidak bisa sendiri, golongan sendiri, ataupun parpol sendiri. Maka itulah, harus disadari kembali bahwa gotong royong menjadi kata kunci. Karena itu pula, pembangunan tak bisa lagi hanya Jawa sentris, tapi harus bersifat Indonesia sentris karena negara ini harus berkembang secara bersama-sama.
Pemerintah selama dua tahun terakhir, lanjut Puan, telah bergerak dengan melihat masa depan yang cerah. Sebab, semua bekerja atas dasar kesadaran betapa kemerdekaan diraih melalui perjuangan berat. "Ini menjadi motivasi bagi kalangan muda saat ini. Ketika melihat kalangan senior yang bersemangat, maka gairah pemuda juga akan tergugah untuk semangat," lanjutnya.
Lebih jauh Puan menjelaskan bahwa rasa nasionalisme generasi penerus bangsa akan kembali bangkit apabila melihat nilai-nilai kebudayaan. Sebab negara-negara maju selalu memegang teguh nilai budayanya. "Negara-negara maju seperti Jepang dan negara lainnya tak pernah melupakan budayanya. Makanya kita pun harus bangga dengan identitas budaya dan kebangsaan kita," lanjut Puan.
Ketika bicara kebangsaan, maka kepentingan golongan dan kelompok tertentu sudah tidak ada lagi. Sebab 250 juta warga Indonesia juga tidak bisa begitu saja diwakili oleh ratusan orang yang merasa dirinya lebih hebat dari yang lain.
Karena itulah, pemerintah saat ini menjalankan program yang terfokus pada rakyat. Misalnya memberikan kesempatan belajar kepada anak-anak Indonesia dengan Kartu Indonesia Pintar. Meningkatkan kesehatan masyarakat, pemerintah membuat Kartu Indonesia Sehat yang melayani kesehatan masyarakat tidak mampu. Termasuk juga Program Keluarga Harapan untuk 6 juta keluarga.
"Kita ikut bangga ketika ada anak bangsa yang meraih prestasi secara internasional. Ini semua karena ada rasa dan nilai kebangsaan yang masih tertanam dalam sanubari kita," jelas Puan.
Pada kesempatan sama, Pontjo Sutowo, Ketua Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bangsa (YSNB) turut hadir. Dia menyerahkan rangkuman hasil diskusi panel serial membangun budaya dan nilai keindonesiaan demi masa depan bangsa kepada Menko PMK.
Dalam sambutannya, Pontjo mengatakan, perlu ada sinergitas yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah dalam memperkokoh nilai-nilai kebangsaan. Sebab, pengaruh globalisasi saat ini lebih banyak menggempur nilai-nilai budaya lokal daerah.
"Kita merasakan saat ini adanya pergeseran nilai-nilai budaya daerah oleh pengaruh globalisasi. Makanya sangat penting adanya sinergi dan koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dengan daerah dalam segala bidang, terutama dalam penguatan nilai-nilai nasionalis kebangsaan yang berakar pada budaya," jelas Pontjo.
Ia menambahkan, Indonesia sudah masuk dalam berbagai rencana negara-negara asing untuk menguasai sumber daya nasional. Bahkan beberapa sumber daya Indonesia sudah berada di tangan asing, baik negara asing maupun korporasi asing.