REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan tetap mewaspadai banjir luapan Bengawan Solo meskipun ketinggian air di daerah ini mulai surut menjadi 15,13 meter (siaga merah) pukul 14.00 WIB.
"BPBD tetap bersiaga dalam menghadapi banjir Bengawan Solo karena kebiasaan selama ini Bengawan Solo airnya selalu fluktuatif," kata Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Jumat (2/12).
Ia menjelaskan ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro turun sekitar 5 sentimeter dibandingkan dengan lima jam lalu. Ketinggian air sungai terpanjang di Jawa di Bojonegoro tertinggi sempat mencapai 15,18 meter pukul 09.00 WIB.
"Ketinggian air di Bojonegoro akan terus turun, sebab Ketinggian air di Ndungus, Ngawi juga turun," jelas dia.
Oleh karena itu, ia memperkirakan air Bengawan Solo di hilir Bojonegoro, akan berangsur-angsur surut sepanjang tidak ada tambahan air hujan dari daerah hulu Jawa Tengah, juga lokal.
Yang jelas, menurut dia, kewaspadaan tetap dilakukan karena sesuai prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, bahwa curah hujan yang terjadi di daerahnya selama bulan Desember tinggi. "Kami juga meminta tim penanggulangan bencana di desa tetap waspada, meskipun ada kecenderungan air Bengawan Solo turun," kata Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sukirno menambahkan.
Sesuai laporan yang diterima BPBD menyebutkan genangan banjir luapan Bengawan Solo di daerah setempat melanda 86 desa yang tersebar di sembilan kecamatan, antara lain, Kecamatan Trucuk, Dander, Kota, Kapas, Balen, Kanor dan Baureno.
Genangan banjir merendam sebanyak 7.145 rumah, diantaranya, sebanyak 1.101 jiwa mengungsi di berbagai lokasi titik pengungsian, antara lain, di Gedung serbaguna di Kelurahan Ledokwetan, Kecamatan Kota.
Selain itu genangan banjir juga merendam tanaman padi seluas 4.382 hektare, dan mengakibatkan sembilan rumah rusak berat dan dua rumah rusak ringan.
Banjir juga merendam sejumlah lembaga pendidikan SD, SMP, dan SLTA, sehingga para siswanya terpaksa diliburkan, juga prasarana dan sarana umum lainnya. "Perkiraan sementara kerugian banjir akibat rusaknya areal pertanian juga rumah warga mencapai Rp 34,9 miliar," ucap Sukirno.