Kamis 01 Dec 2016 18:17 WIB

Saat Orang Tua Ajarkan Anak Cinta Alquran Lewat Aksi 2 Desember

Rep: Andrian Saputra/ Red: Bilal Ramadhan
Santri Pesantren Persis 110 Manbaul Huda menyambut rombongan peserta longmarch dalam aksi Bela Islam 212 Jilid III dari Ciamis yang bejalan kaki di Jalan Raya Soekarno Hatta, Kota Bandung, Kamis (1/12).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Santri Pesantren Persis 110 Manbaul Huda menyambut rombongan peserta longmarch dalam aksi Bela Islam 212 Jilid III dari Ciamis yang bejalan kaki di Jalan Raya Soekarno Hatta, Kota Bandung, Kamis (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Fahri Qolbi Ahmada (11 tahun) begitu bersemangat menanti bus yang akan membawanya ke Jakarta. Apalagi setelah panitia memberikan pita hijau sebagai penanda dirinya menjadi peserta aksi superdamai pada 2 Desember nanti.

Dia gembira, tertawa riang, berlari-lari di antara kerumunan orang dewasa yang telah bersiap dari pagi, berangkat ke Jakarta mengikuti aksi terkait penistaan kitab suci Alquran oleh Gubernur nonaktif Basuki T Purnama alias Ahok. “Saya mau ke Jakarta sama ayah ikut membela Alquran,” tutur Fahri dengan polosnya.

Fahri jadi salah satu dari beberapa peserta cilik asal Solo yang akan mengikuti aksi superdamai di kawasan Monas pada Jumat (2/12). Tak banyak perlengkapan yang dibawa dalam tas ransel kecilnya itu. Hanya satu stel pakaian untuk shalat, roti, dan air minum.

Bersama ayahnya, bocah yang tengah belajar di salah satu pondok pesantren di Solo itu berbaur dengan peserta aksi lainnya se-Solo Raya.  “Tidak apa-apa, saya ingin mengajarkankan padanya kecintaan kepada Alquran, mengajarkan padanya bahwa kitab suci itu mulia, tak satu orang pun yang boleh menghina kitab suci milik agama apapun,” terang Indrawan Yepe, ayah kandung Fahri.

Sementara ibu kandung Fahri, Siti Faizah, juga ikut mengantarkan keberangkatan suami dan putra pertamanya itu. Dia mengaku tak banyak yang dipersiapkan untuk suami dan putranya. Sebatas doa, agar suami, putranya, dan seluruh peserta aksi superdamai dari Solo datang dan kembali dari Jakarta dengan selamat.

“Tidak banyak yang saya siapkan, hanya perlengkapan shalat saja. Kalau makanan minuman, panitia banyak. Insya Allah, doa saja semoga aksinya lancar, dimudahkan, dan selamat semuanya,” tuturnya.

Begitupun dengan Iis (49 tahun) yang membawa serta putranya Atib (19 tahun). Di tengah sejumlah anak muda yang hilang respons terhadap kasus penistaan kitab suci Alquran oleh Ahok, dia ingin anaknya lebih peka menanggapi kasus tersebut. Iis berharap putranya dapat belajar dari kasus itu. Belajar menghargai dan menghormati kitab suci dari agama lainnya.

“Semoga ini jadi bermanfaat, mempunyai hikmah, pemeluk agama manapun tak terima kitabnya dilecehkan, sebab itu kita saling menghormati,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement