REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI sempat berkeras ingin tetap menggelar shalat jumat di jalan Sudirman-Thamrin dalam aksi damai 2 Desember. Sementara, Polri pun tetap mendesak agar aksi tersebut tidak digelar di jalan protokoler karena dapat mengganggu ketertiban umum.
Muncul pula pro-kontra terkait hukumnya shalat jumat di jalan raya. Terkait hal tersebut, Habib Rizieq Shihab mengaku pihaknya bukannya tidak mau mengalah. Ketua Dewan Penasihat GNPF-MUI ini mengaku berkeras memilih jalan Sudirman-Thamrin demi keselamatan peserta aksi demo.
''Keselamatan peserta aksi adalah hal utama. Kami jelaskan itu ke Polri. Bukan keras kepala, tapi karena keselamatan,'' kata Habib Rizieq dalam jumpa pers bersama Polri terkait Aksi 2 Desember di Kantor MUI, Jakarta, Senin (28/11).
Habib Rizieq mengatakan pihaknya belajar dari pengalaman aksi 4 November dimana daya tampung Masjid Istiqlal tidak mampu menampung jamaah sehingga berbahaya ketika jamaah bubaran shalat. Peserta keluar melewati pintu dan terjadi penyempitan, kemudian bergabung dengan masyarakat di luar yang juga ramai sehingga ada yang jatuh dan terinjak.
Karena itu, GNPF akhirnya melihat Jalan Sudirman-Thamrin sebagai sebuah solusi. Jalan tersebut merupakan ruang terbuka, mudah diakses, dan lebih aman. Mobilisasi medis, logistik dan keamanan juga bisa leluasa bergerak.
GNPF-MUI semula berkeras tetap ingin menggelar shalat jumat di jalan Sudirman-Thamrin, namun akhirnya menerima usulan Polri untuk memindahkan lokasinya ke Monas. Dengan mempertimbangkan masalah kemudahan akses, GNPF sepakat memilih Monas sebagai lokasi aksi damai 2 Desember jika semua pintu dibuka plus dibuat pintu darurat untuk medis dan logistik. ''Juga harus tersedia pokso medis, logistik, toilet, dan tempat wudhu,'' katanya.