REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Purwakarta, menggandeng pemulung sebagai mitra kerja. Kehadiran pemulung dinilai sangat positif sebab mampu meminimalisasi tumpukan sampah. Pengurangan sampahnya mencapai 20 persen.
Kasi Saluran DKP Kabupaten Purwakarta, Suparna, mengatakan, keberadaan para pemulung barang bekas di lokasi TPA Cikolotok, Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan cukup membantu. Karena, sampah yang menggunung menjadi berkurang. Bahkan, sampah yang harus dikelola di TPA Cikolotok tinggal sampah organiknya saja.
"Sampah non-organiknya sudah habis dipilah-pilah sama pemulung," ujar Suparna, kepada Republika, Senin (28/11).
Menurut Suparna, produksi sampah dari sejumlah kecamatan di Purwakarta ini sekitar 180 ton. Sampah tersebut, campuran dari mulai sampah basah (seperti limbah sayuran) sampai sampah rumah tangga. Setelah disortir oleh pemulung, sampah yang masuk ke TPA Cikolot menjadi 150 ton.
Sampah basah itu lalu tidak serta merta diolah dengan cara sanitary landfill. Melainkan sampah basah itu ada yang menjadi makanan ternak sapi dan domba. Jadi selain pemulung, lanjut Suparna, keberadaan hewan ternak itu juga sangat bermanfaat.
Karena itu, pihaknya tetap menjaga kemitraan dengan para pemulung ini. Termasuk juga dengan para pemilik hewan ternak tersebut. Apalagi, ternak-ternak tersebut 24 jam berada di lokasi pembuangan sampah tersebut.
Dia menambahkan, saat ini luas lahan untuk pengelolaan sampah di TPA Cikolotok masih sangat luas yakni mencapai lebih dari 18 hektare. Menurut dia, lahan ini bisa menampung sampah hingga 15 tahun kedepan.