REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) risau dengan fitnah, intrik dan adu domba di media sosial. SBY menyebut ganasnya kekuataan media sosial yang bekerja seperti mesin penghancur.
"Banyak orang menjadi korban, termasuk saya. Banyak bisikan maut, bahkan termasuk spanduk, yang mengadu saya dengan Pak Jokowi, misalnya. Sebagai veteran pejuang politik saya punya intuisi, pengalaman, pengetahuan dan logika bahwa banyak fitnah yang memanas-manasi Presiden agar percaya bahwa SBY hendak menjatuhkan Presiden, tidak selalu berasal dari pihak Pak Jokowi. Luar biasa bukan? Semua harus waspada," tulisnya di salah satu surat kabar nasional, Senin (28/11).
Dalam tulisannya tersebut SBY menghujani fenomena ini dengan berbagai peribahasa, jangan sampai kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak. Jangan sampai ada maling teriak maling. Jangan sampai ada yang mancing di air keruh.
Ia berpesan jangan sampai masyarakat mau diadu-domba Dan jangan berikan ruang media sosial yang sudah tidak beradab hanya untuk menghancurkan peradaban di negeri ini. Banyak yang berpendapat, kata SBY, bahwa mesin penghancur itu tidak selalu bermotifkan ideologi, tapi uang.
"Saya amat sedih jika menyimak penggunaan bahasa yang amat kasar dan tak sedikitpun menyisakan tata krama dari kelompok Sosmed tertentu. Mereka bukan hanya merusak jiwa kita semua, lebih-lebih anak-anak dan remaja kita, tetapi sesungguhnya juga menghancurkan nilai-nilai luhur Pancasila. Kelompok model ini pulalah yang membuat bangsa kita terpecah dan saling bermusuhan," tulisnya.
Baca juga: Soal Kasus Ahok, SBY: Reaksi Pemerintah Terlambat