Ahad 27 Nov 2016 20:22 WIB

Silaturahim dengan WNI di Jerman, Din Singgung Kasus Ahok

Din Syamsuddin silaturahim dengan WNI yang tinggal di Jerman.
Foto: Istimewa
Din Syamsuddin silaturahim dengan WNI yang tinggal di Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT –- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin bersilaturahim dengan warga Indonesia yang ada di Jerman, pada Sabtu (26/11) sore waktu setempat. Berlokasi di Nur Kuala Lumpur (NKL) Restaurant Frankfurt am Main, Din membicarakan kondisi kiwari  (terkini-red) di Tanah Air.

Dalam pertemuan yang difasilitasi Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jerman Raya itu, Din menyampaikan beberapa hal poin penting. Pertama, pesan kepada warga Indonesia yang ada di Jerman bahwa keberadaan mereka di sana adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri. Dikarenakan, tidak semua anak bangsa dapat tinggal di Jerman baik untuk keperluan studi ataupun kerja.

Jerman terkenal dengan kemajuan intelektualnya. “Karena diakui oleh dunia akan kehebatan Jerman, maka ada istilah berotak Jerman dan berhati Makkah,” ujar Din dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id.

Kedua, Din menyampaikan kondisi Tanah Air saat ini yang dinilainya sedang dalam situasi yang tidak seimbang di mana kekayaan alam dan ekonomi masih dimiliki oleh segelintir orang. Sedangkan mayoritas rakyat berada dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil.

Ia menilai kondisi ini tidak baik bagi stabilitas ekonomi dalam negeri. "Sebenarnya gagasan Nawacita pemerintahan Jokowi-JK dan juga gagasan Trisakti Soekarno sangat tepat untuk kita wujudkan, tetapi sepertinya saat ini kondisinya jauh dari cita-cita tersebut," kata dia.

Ketiga, kasus penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sudah melukai hati mayoritas umat Muslim. Tidak hanya umat Islam di Indonesia, tetapi juga di tingkat internasional. Yang dipersoalkan adalah bukan tafsir Surah Al Maidah 51, tetapi soal ucapanya terkait dibohongi pakai Surah Al Maidah 51 itu. Karena Ahok adalah non-Muslim dan tidak punya hak untuk bicara tentang agama Islam," tegas Din.

Dengan ketiga poin di atas, mantan ketua umum PP Muhammadiyah ini berharap jalur hukum adalah jalan tepat untuk menyelesaikan kasus penistaan agama tersebut. Din juga meminta kepada aparat penegak hukum untuk tidak mengecewakan umat Muslim di mana peran para ulama dan pejuang Islam tidak bisa dilepaskan sejak perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Hal senada disampaikan oleh Ridho Al-Hamdi, ketua PCIM Jerman Raya. Dalam kesempatan silaturahim tersebut, Ridho berharap Indonesia tidak seperti apa yang terjadi di Timur Tengah.

“Kita tidak ingin Indonesia seperti negara-negara Arab yang hancur lebur karena perpecahan model divide et empera dan berharap kepada Prof Din dan ulama di Tanah Air untuk tetap menjaga persatuan Indonesia agar kita yang di luar negeri juga tetap merasa nyaman,” terangnya.

Selain warga Muhammadiyah dan masyarakat umum, hadir pula dalam forum ini adalah utusan dari Masjid Indonesia Frankfurt, Mahasiswa Pascasarjana Frankfurt (Permian) dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Frankfurt dan sekitarnya. Silaturahim ini ditutup dengan jamuan makan malam ala masakan Malaysia dan Palembang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement