REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Jakarta Unfair batal tayang di XXI Taman Ismail Marzuki Sabtu (26/11) malam ini. Pihak pembuat film menyesalkan keputusan ini.
Sutradara film Jakarta Unfair, Dhuha Ramadhani mengatakan seperti panitia, pihaknya juga menyesalkan pembatalan pemutaran dipilih sebagai langkah yang terpaksa harus diambil atas pelarangan dari pihak Unit Pengelola Teknis (UPT) TIM. Pelarangan sepihak dari UPT TIM secara mendadak menunjukkan adanya ketidakprofersionalan dalam manajemen TIM.
"Tentu hal ini amat merugikan secara materil dan non-materil bagi panitia dan calon penonton," ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (26/11).
Menurut mahasiswa kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia ini film ini dibuat oleh 16 mahasiswa dari beberapa universitas. Di antaranya UI, UIN, dan UMN. Ini adalah karya pertama mereka dengan biaya dari semua pembuat film. Sedangkan peralatannya mereka meminjam dari Watchdoc.
Pelarangan berkegiatan di TIM seperti ini bukan pertama kali terjadi. Tahun 2009, Film Balibo Five dilarang untuk diputar di TIM saat berlangsungnya JIFFest. Februari lalu, Belok Kiri Fest juga dilarang untuk diselenggarakan di TIM. Argumen paling umum yang tersebar-dan digunakan pula di kota lain untuk melarang kegiatan serupa-adalah “meresahkan publik”, “isu sensitif”, tidak sesuai dengan asas demokrasi, dan memicu amarah dan memecah belah NKRI.