Jumat 25 Nov 2016 19:30 WIB

Politikus PDIP: Jokowi dan Prabowo Punya 'Chemistry'

Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto berbincang di beranda belakang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11)
Foto: Halimatus Sa'diyah
Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto berbincang di beranda belakang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Andreas Hugo Pareira menilai Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memiliki keterikatan atau 'chemistry' yang ditunjukkan melalui pertemuan keduanya, beberapa waktu belakangan.

"Saya akui 'chemistry' keduanya ada," ujar Andreas di sela diskusi "Peta Politik Pasca 4/11: Mempertanyakan Loyalitas Partai-Partai Pendukung Jokowi" yang diadakan lembaga kajian Para Syndicate, di Jakarta, Jumat (25/11).

Andreas mengatakan keterikatan Jokowi dengan Prabowo dalam pertemuan keduanya bisa menjawab pertanyaan publik apakah nantinya Gerindra akan masuk di dalam kabinet atau tidak.

"Dalam kacamata saya di dalam konteks ini sudah kelihatan dan terfilter apakah Gerindra masuk atau tidak. Itu semua bergantung kepada Pak Jokowi dan Pak Prabowo," jelasnya.

Yang jelas, kata Andreas, melalui pertemuan Jokowi dengan Prabowo banyak hal terklarifikasi, salah satunya mengenai peta kawan politik Jokowi. "Di sana terlihat mana kawan taktis, mana kawan strategis dan mana kawan ideologis," ucapnya.

Ia menyiratkan sejauh ini beberapa partai koalisi pemerintahan belum dapat memposisikan diri sebagai kawan ideologis karena di dalam internal partai tersebut masih menyisakan bermacam persoalan.

"Kalau PDIP sebagai pengusung Pak Jokowi jelas mendukung dalam konteks ideologis. Tapi di partai lain, misalnya, di PAN kita lihat wibawa Pak Amien masih besar, PPP masih ada dualisme, PKB meski ada di struktural, namun mereka memiliki akar rumput NU, dan di dalam Golkar masih banyak faksi-faksi," kata Andreas.

Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo memandang pertemuan antara Jokowi dengan Prabowo yang terjadi dua kali beberapa waktu belakangan merupakan peristiwa politik yang sangat bermakna. Menurutnya dari pertemuan itu muncul analisa bahwa Jokowi saat ini mulai berpikir merangkul lawan yang konstruktif daripada merangkul kawan yang destruktif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement