REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masyarakat miskin di wilayah perdesaan dinilai mempunyai beberapa strategi dalam menghadapi tingkat kesulitan perekonomian yang terjadi. Strategi itu dibuat sebagai upaya untuk bertahan hidup serta lepas dari kemiskinannya.
Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Joko Pitoyo mengatakan, penduduk miskin perdesaan sebetulnya memiliki berbagai cara atau strategi untuk bertahan hidup dan lepas dari kemiskinannya. Salah satunya, dengan melakukan diversifikasi pekerjaan.
Dia mencontohkan. Di Banjararum, yang secara geografis merupakan wilayah dataran rendah misalnya, selain mengusahakan pertanian lahan basah, penduduk miskinnya juga memelihara ternak. Hewan ternak dibeli saat masih kecil, kemudian dipelihara hingga besar dan dikembangkan jumlahnya untuk selanjutnya dijual.
Strategi lainnya, adalah dengan menjadi pedagang kecil di pasar tradisional serta mengikutsertakan anak dalam bekerja. "Anak yang bekerja, sebagian besar berada pada kegiatan nonpertanian. Umumnya, mereka lulusan SMA yang belum menikah dan bekerja sebagai karyawan di kota," ujar Joko.
Hal tersebut, kata Joko, sedikit berbeda dengan yang terjadi di Desa Banjarsari yang secara geografis merupakan wilayah transisi dari dataran rendah ke daerah perbukitan. Selain berternak, sebagian besar penduduk miskin di sini mengelola lahan pertanian kering dengan menanam kakao.
Sesekali mereka juga memanfaatkan jasa keuangan untuk menambah modal usaha bagi budidaya kakao. "Jika dibandingkan dengan dua desa lainnya, penduduk di Banjarsari paling banyak memanfaatkan jasa keuangan dari koperasi kelompok, koperasi desa, maupun bank. Persentasenya mencapai 14,3 persen," ungkap dia.
Sementara strategi penduduk miskin di Desa Pagerharjo hampir sama dengan yang dilakukan oleh penduduk di Banjarsari, yakni dengan beternak dan mengoptimalkan tanaman kakao. Namun, tanaman kakao tidak banyak diupayakan seperti di Banjararum karena lebih dari 40 persen wilayah Pagerharjo adalah lereng curam. Ketinggian tempat juga menjadi faktor pertumbuhan kakao kurang optimal di sini.
Joko kembali menyampaikan, cara yang efektif menurunkan kemiskinan sebetulnya berdasarkan strategi lokal yang dilakukan penduduk miskin itu sendiri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, bagaimana strategi rumah tangga miskin yang berbeda-beda karena adanya perbedaan kondisi geografis di tiap desa.