REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Shalahuddin Wahid, mengungkapkan kesedihannya sekaligus menyayangkan permasalahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hingga melebar ke arah merusak kehidupan pribadi seorang ulama.
Hal ini ia sampaikan terkait unggahan foto pernikahan Ma'ruf Amin oleh seorang pengamat politik, Boni Hargens, yang lantas menjadi bahan rundungan oleh beberapa tim pendukung Ahok di media sosial.
"Sangat menyedihkan dan disayangkan, apalagi peristiwa (pernikahan) ini sudah terjadi pada 2014 lalu. Jadi cara itu memang tidak betul, karena medsos bisa dipakai macam-macam, baik memuji atau mem-bully dan fitnah, itu terjadi," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (24/11).
Adik Gus Dur yang akrab disapa Gus Sholah ini pun meminta pengguna media sosial berpikir jernih di tengah suasana saat ini. Agar tidak lagi berbuat hal yang sama, merendahkan ulama di mana pun posisinya, baik mendukung atau yang berseberangan.
"Jadi tolong semua pihak berkaca, apa pantas ulama dijadikan bahan bully-an. Kalau Anda atau orang tua Anda yang dibuat seperti itu bagaimana perasaan Anda. Bagaimana, apakah terima?," ujar Gus Sholah.
Karena itu, khusus terkait kasus unggahan foto pernikahan Ma'ruf Amien, ia mengusulkan kepada pengunggah dan semua pihak yang menjadikan foto ini sebagai bahan rundungan untuk meminta maaf dan menghapusnya. Hal itu baik secara langsung ke Kiai Ma'ruf ataupun tidak.
Namun ia mendengar khusus untuk Boni Hargens, kabarnya ia akan langsung bertemu Kiai Ma'ruf dan meminta maaf. "Ya kita tunggu realisasinya," kata Gus Sholah.
Walaupun ia sebenarnya yakin Kiai Ma'ruf pun pasti akan memaafkan yang bersangkutan, dan tidak akan menempuh jalur hukum. Namun, ia mengatakan kalau pun ada jalur hukum itu adalah hak Kiai Ma'ruf sebagai warga negara yang patut dihormati.
Dalam kesempatan membuka Rakernas MUI di Ancol, Rabu malam, Kiai Ma'ruf secara pribadi mengakui dirinya memang menjadi sasaran rundungan. Hal ini tidak bisa dipisahkan terkait sikap MUI yang menegaskan Basuki Tjahaja Purnama telah menistakan agama, atas pernyataannya di Pulau Pramuka.