Ahad 20 Nov 2016 21:44 WIB

Konsumsi Daging dan Telur Ayam di Sukabumi Masih Rendah

Rep: Riga Iman/ Red: Winda Destiana Putri
Telur ayam
Foto: pixabay
Telur ayam

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Tingkat konsumi daging ayam dan telur ayam warga Kabupaten Sukabumi masih rendah. Pasalnya, dari hasil pendataan rata-rata konsumsi daging dan telur ayam warga Sukabumi masih di bawah rata-rata Jawa Barat.

"Warga yang mengonsumsi daging dan telur ayam masih rendah sehingga perlu diedukasi," terang Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Sukabumi Iwan Karmawan kepada Republika Ahad (20/11). Upaya ini untuk meningkatkan konsumsi daging ayam dan telur di tengah masyarakat.

Data yang diperoleh Disnak menyebutkan, tingkat konsumsi daging ayam warga Sukabumi hanya mencapai empat kilogram per kapita per tahun. Padahal, idealnya harus mencapai sebanyak sepuluh kilogram per kapita per tahun.

Untuk konsumsi telur, saat ini baru mencapai 90 butir per kapita per tahunnya. Jumlah ini masih di bawah rata-rata Jawa Barat yang mencapai 100 butir per kapita per tahun. Sementara tingkat konsumsi nasional yang diharapkan mencapai 365 butir per kapita per tahun. Dari data tersebut menunjukkan Sukabumi masih jauh dari tingkatan ideal.

Rendahnya tingkat konsumsi ini kata Iwan berbanding terbalik dengan produksi daging ayam dan telur ayam Sukabumi. Selama ini Sukabumi terkenal sebagai salah satu produsen ayam dan telur ayam di Indonesia.

Bahkan terang Iwan, produk unggas baik daging dan telur dari Sukabumi menyuplai sekitar 80 persen kebutuhan warga Jawa Barat. Selain itu Sukabumi juga mengirimkan sekitar 120 ribu ekor ayam ras ke Jakarta per tahunnya.

Idealnya kata Iwan, sebagai produsen produk unggas maka warganya juga paling tinggi dalam mengonsumsi daging dan telur ayam. Namun faktanya saat ini tingkat konsumsi dan penyerapan produk unggas masih rendah. Sehingga lanjut Iwan, ke depan pemkan akan menggiatkan edukasi dan promosi agar warga mengkonsumsi daging ayam dan telur. Salah satunya dengan menekankan perlunya mengkonsumsi produk unggas tersebut untuk kecerdasan dan pertumbuhan.

"Selain itu untuk merubah pencitraan karena kalau makan telur bisa menimbulkan bisul," terang Iwan. Padahal, mengonsumsi telur tidak menyebabkan hal tersebut.

Gejala tersebut baru muncul pada sejumlah orang yang memang sering alergi. Saat ini ungkap Iwan, ada inovasi berupa penciptaan telur anti alergi. Penemuan ini seharusnya membuat warga tidak khawatir alergi ketika mengonsumi telur ayam.

Bupati Sukabumi Marwan Hamami menambahkan, pemkab mendorong warganya untuk meningkatkan konsumsi daging ayam dan telur ayam. Pasalnya dengan mengkonsumsi kedua jenis komoditas tersebut akan menciptakan generasi muda yang unggul dan cerdas serta sehat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement