REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Gempa tektonik dan tsunami berpotensi terjadi di Kabupaten. Ini karena Lebak merupakan pertemuan Lempeng Benua Indo-Australia di bagian selatan juga Lempeng Eurasia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian timur.
"Potensi gempa tektonik dan tsunami itu berada di Perairan Banten bagian selatan yang berhadapan langsung dengan Perairan Samudera Hindia," kata Kepala Seksi Geologi Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kabupaten Lebak Asep Budiarto di Lebak, Sabtu (19/11).
Peluang bencana alam gempa tektonik dan tsunami sangat dahsyat itu terjadi di pesisir selatan Lebak meliputi Kecamatan Wanasalam, Malingping, Cihara, Panggarangan, Bayah dan Cilograng. Sebab, pesisir selatan itu terdapat pertemuan Lempeng aktif Benua Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian timur.
Pihaknya khawatir suatu saat wilayah pesisir selatan Lebak terjadi gempa tektonik Megatras atau pergerakan kegempaan yang cukup besar energinya hingga menimbulkan gelombang tsunami. "Kami minta pemerintah daerah mengoptimalkan sosialisasi mitigasi kebencanaan untuk meminimalisasi korban jiwa," katanya menjelaskan.
Untuk meminimalisasi korban jiwa, pihaknya berharap pemerintah terus mengoptimalkan sosialisasi kebencanaan mitigasi terhadap masyarakat pesisir selatan. Kegiatan sosialisasi itu dalam upaya mengurangi risiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa jika sewaktu-waktu terjadi gempa tektonik.
Selama ini, ilmu pengetahuan teknologi juga peralatan secanggih apapun belum mampu mendeteksi secara persis waktu terjadinya gempa tektonik dan tsunami. Peringatan dini gempa tektonik dan tsunami harus secepatnya dilakukan sehingga masyarakat pesisir pantai selatan Lebak bisa terselamatkan dari bencana tsunami tersebut.