REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah perusahaan energi Arab Saudi, Masdar melakukan survei 'Masdar Gen Z Global Sustainability Survey' melibatkan lebih dari 5.000 remaja di 20 negara. Mereka berkesimpulan perubahan iklim adalah tantangan terbesar dunia saat ini hingga satu dekade ke depan.
Responden berusia 18-25 tahun asal India, Cina, Jepang, Rusia, dan Korea Selatan. Mereka menyimpulkan perubahan iklim dan penurunan kualitas lingkungan adalah tantangan utama dunia, diikuti kemiskinan dan kesenjangan sosial, ancaman terorisme, ekonomi, dan pengangguran. Penelitian ini membutuhkan dukungan luas dan intervensi pemerintah lebih besar untuk melindungi lingkungan dan mendorong penggunaan energi bersih.
"Pemuda Asia paling sadar akan kondisi lingkungannya dari keseluruhan responden yang kami survei," kata CEO Masdar, Mohamed Jameel Al Ramahi secara tertulis kepada Republika.co.id, Jumat (18/11).
Gaya hidup anak-anak muda di Asia lebih ramah lingkungan. Separuh dari mereka yang menjadi responden berpikir pembangunan berkelanjutan di negara mereka terikat erat dengan lingkungan.
"Mereka memandang pemerintah dan pengusaha dapat berbuat lebih banyak untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan energi bersih," kata Al Ramahi.
Anak-anak muda Jepang dan Korea Selatan mengatakan generasi tua bertanggung jawab melindungi dan mengembangkan teknologi berbasis energi bersih. Mereka juga perlu meningkatkan investasi di energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin.
Anak-anak Cina 58 persennya prihatin pada masalah perubahan iklim. Pemuda Rusia lebih khawatir ancaman terorisme (48 persen), sementara pemuda Korea Selatan mengkhawatirkan kemiskinan dan kesenjangan sosial (44 persen). Enam dari 10 anak muda di Asia yang diwawancarai menyatakan mereka tertarik bekerja dan belajar di bidang yang terkait dengan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Mayoritas yang mengatakan ini adalah pemuda India dan Cina.
Kondisi berbeda ditemukan di kalangan pemuda Jepang di mana hanya tiga dari 10 orang yang tertarik meniti karier di bidang lingkungan. Sebanyak 80 persen pemuda Asia menginginkan pemerintah dan pengusaha mengembangkan teknologi bersih dan energi terbarukan. Mereka juga setuju memboikot produk-produk yang terindikasi menyebabkan kerusakan lingkungan atau produk dari perusahaan yang tidak berdasarkan pembangunan berkelanjutan.