REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penetapan status tersangka terhadap calon gubernur (Cagub) DKI Jakarta pejawat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dinilai tak akan mempengaruhi elektabilitasnya dalam pemilihan gubernur (pilgub) 2017. Pasalnya tingkat soliditas pemilih Ahok, maupun cagub lainnya sudah di atas 80 persen.
"Artinya tidak akan berdampak pada peralihan pemilih," ujar Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti kepada Republika.co.id, Kamis (17/11).
Menurutnya publik cenderung bersikap netral pascapenetapan tersangka Ahok oleh Bareskrim Mabes Polri. Selain itu, kata dia, hingga kini warga DKI belum mendapatkan sosok yang setara dengan Ahok.
"Kalaupun seandainya ada penurunan suara dari Ahok, itu juga tidak akan masuk ke Anies atau Agus. Artinya penurunan suara pemilih Ahok tidak akan meningkatkan suara Anies atau Agus," kata Ray.
Dia berpendapat, jika ternyata ada penurunan suara terhadap Ahok, maka para pemilih tersebut pun akan lebih memilih menjadi golongan putih (golput). Status sebagai tersangka tak membuat Ahok meninggalkan arena pertarungan pilgub DKI. Mantan Bupati Belitung Timur tersebut melanjutkan kegiatan blusukan-nya ke permukiman warga.
Ahok bahkan sempat membandingkan dirinya dengan Presiden Afrika Selatan periode 1994-1999 Nelson Mandela. Pernyataannya tersebut kembali menjadi perbincangan. Beberapa pihak tak setuju dengan analogi tersebut mengingat Mandela tidak pernah menistakan agama. Ray sendiri melihat problem terbesar Ahok terletak pada bicaranya.
"Itu dari dulu. Kalau tidak ada tragedi Al Maidah 51, tidak akan ada yang pindah hati karena masyarakat tidak menemukan figur secakap Ahok," ujarnya.