REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH M Zainul Majdi mengajak seluruh masyarakat untuk menghormati proses hukum yang sedang berjalan terkait penetapan status tersangka Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
"Silakan kawal proses hukum yang ada tanpa intervensi. Hukum adalah instrumen pengikat kita sebagai bangsa, sekali kita mengabaikannya maka akan lemah kesatuan dan persatuan sebagai bangsa," kata gubernur yang juga ulama berpengaruh di NTB dalam menyikapi kasus hukum Ahok yang menyita perhatian masyarakat di Tanah Air itu, Kamis (17/11).
Untuk itu, Gubernur NTB mengajak seluruh masyarakat di daerah ini memfokuskan semua energi yang ada guna membangun daerah.
"Daerah kita semakin berkembang, pertumbuhan ekonomi bagus, investasi berkembang pesat, hubungan antarelemen masyarakat juga harmonis. Saya harap kita semua mensyukuri semua ini, kokohkan persaudaraan dan berikan kenyamanan satu sama lain dalam rumah besar NTB," jelasnya.
Zainul Majdi atau akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) juga mengajak masyarakat untuk tidak mengembangkan isu-isu yang bisa memecah belah bangsa, termasuk mempertentangkan antaragama,antar ras.
"Indonesia dengan kebhinnekaan adalah karunia Allah SWT dan amanah dari para pendahulu kita. Menjaganya adalah bagian dari syukur nikmat dan merusaknya adalah kufur nikmat," katanya.
Selain itu, TGB mengingatkan bahwa aksi 4 November adalah aksi bela Al Quran, yakni meminta penegakan hukum yang berkeadilan.
"Sekarang kita menyaksikan penegakan hukum itu telah berproses. Tujuan yang mulia tidak boleh dibelokkan menjadi aksi cari kekuasaan apalagi mendelegitimasi kepemimpinan nasional," tegas gubernur.
Untuk itu, sambungnya, tidak ada alasan untuk turun lagi ke jalan pada 25 November 2016.
"Saya mengajak seluruh masyarakat NTB untuk tetap kokoh dalam persaudaraan, berkhidmat untuk daerah dan bangsa dengan niat ibadah. Jangan terprovokasi oleh siapa pun. NKRI adalah amanah kita semua," katanya.
Secara khusus, TGB juga meminta para tokoh agama, pimpinan komunitas etnis dan seluruh pemangku amanah pembangunan di NTB agar aktif mengingatkan umat dan kelompoknya masing-masing untuk saling menghormati.
"Saling hujat di media sosial sangat luar biasa. Destruktif dan bahaya untuk kita semua. Mari saling ingatkan untuk menggunakan media sosial dengan penuh tanggung jawab," katanya.