REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wali Kota Malang, Jawa Timur, Moch Anton mengingatkan petani di wilayahnya jangan sampai terjebak oleh rentenir. Petani, kata dia, meski kesulitan modal untuk menggarap lahannya, harus banyak mencari cara lain.
"Banyak terobosan yang kami lakukan untuk meringankan beban petani dalam menggarap lahannya, di antaranya bantuan bibir, bantuan peralatan pertanian hingga keringanan pajak bumi dan bangunan (PBB)-nya agar petani tidak sampai pinjam dana ke rentenir," kata Moch Anton ketika berdialog dengan kelompok petani se-Kota Malang di Kecamatan Sukun, Kota Malang, Selasa (15/11).
Karena berbagai bantuan telah diberikan kepada petani, Anton meminta mereka untuk menjaga lahannya agar tidak sampai dijual, apalagi hingga habis. "Kami sudah menjalankan sejumlah program untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan harapan mereka tidak menjual lahan produktifnya," ujar Anton.
Anton meminta petani untuk proaktif dalam mewujudkan program ketahanan pangan di Kota Malang. Selain itu, juga ada sinergitas antara petani dengan pemerintah setempat. Pemkot bakal terus memantau langsung upaya para petani dengan berbagai dinamika dan rutinitasnya.
Sejumlah terobosan melalui paket bantuan tersebut, kata Anton, untuk meringankan beban petani agar tidak keberatan membayar pajak. Ini juga demi peningkatan produktovitas, terutama agar lahan pertanian yang tersisa tidak habis untuk hal di luar pertanian atau alih fungsi lahan.
Sementara itu upaya peningkatan hasil produksi pertanian juga terus dilakukan Dinas Pertanian Kota Malang. Sekarang sudah ada perubahan cara berpikir petani terkait penggunaan pola tanam jajar legowo. "Petani sudah mau mengubah cara berpikirnya dengan menggunakan pola tanam jajar legowo," ujarnya. Pola jajar legowo, kata Sony, sesuai penyebutannya yang diadopsi dari Bahasa Jawa, berarti luas dan panjang. Tujuan utama tanam padi dengan pola ini, yaitu meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam.