REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sistem persinyalan di dua stasiun yakni Karawang dan Klari tersambar petir. Dampaknya, perjalanan kereta api mengalami keterlambatan. "Iya, ada gangguan persinyalan di dua stasiun," ujar Manajer Humas PT Kereta Api Daerah Operasi (Daop) 3 Cirebon, Krisbiyantoro, Senin (14/11).
Stasiun Karawang dan Stasiun Kelari letaknya saling berdekatan. Sinyal di stasiun tersebut tersambar petir saat hujan lebat mengguyur wilayah itu, Ahad (13/11) sekitar pukul 18.00 WIB. Krisbiyantoro menjelaskan, peralatan persinyalan kereta api sebenarnya sudah menggunakan teknologi yang cukup maju dan dilengkapi dengan penangkal petir. Namun, petir ternyata tetap menyambar sistem persinyalan di stasiun tersebut.
Krisbiyantoro menjelaskan, sinyal merupakan permasalahan yang vital dalam kereta api. Karena jika sinyal tidak bisa berfungsi, maka pola operasi perjalanan kereta api dilakukan secara manual.
Caranya, puluhan orang disiagakan di sepanjang rel yang ada di dua stasiun tersebut untuk berjaga. Hal itu untuk mencegah terjadinya kecelakaan. "Kecepatan kereta api juga harus dikurangi saat akan melewati dua stasiun itu," terang Krisbiyantoro.
Kecepatan kereta api saat akan melewati dua stasiun tersebut hanya diperbolehkan lima km per jam. Akibatnya, terjadi keterlambatan perjalanan kereta api, rata-rata mencapai 200 menit. Sedikitnya ada 22 perjalanan kereta api mengalami keterlambatan, baik dari arah Jakarta menuju Jawa maupun sebaliknya. "Taruhannya keselamatan nyawa penumpang. Jadi kita tidak bisa main-main," tegas Krisbiyantoro.
Krisbiyantoro mengungkapkan, pihaknya berusaha keras untuk memperbaiki sistem persinyalan yang rusak di kedua stasiun tersebut. Untuk memperbaikinya, pihaknya mendatangkan suku cadangnya dari Bandung.
Dia mengakui, belum bisa memastikan kapan sistem persinyalan di Stasiun Karawang dan Klari tersebut bisa selesai. Itu berarti, perjalanan kereta api juga belum diketahui kapan bisa normal kembali.