REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Selama musim hujan ini, Kota Bandung berpotensi mengalami banjir. Salah satunya, belum lama ini terjadi banjir parah di wilayah Pasteur dan Pagarsih. Agar tak berulang, Pemkot Bandung melakukan berbagai antisipasi.
Menurut Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, sebanyak 1000 pasukan gorong-gorong akan dikerahkan untuk mengeruk sedimentasi di aliran sungai yang berada di wilayah Pagarsih dan Pasteur.
"Ya hari ini di dua lokasi yang kemarin terdampak banjir di Pagarsih dan Pasteur kita lakukan upaya-upaya emergency," ujar Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat ditemui di Jalan Babakan Irigasi, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astananayar, Rabu (9/11).
Emil mengatakan, upaya pertama jangka pendek, Pemkot akan melakukan pengerukan. Jadi, sekitar 1000 petugas gorong-gorong dibagi di dua lokasi. "Satu di di daerah Babakan Irigasi ini Pagarsih dan satu lagi di Pasteur," katanya.
Emil mengatakan, Ia telah mengumpulkan seluruh petugas gorong-gorong di Kota Bandung khusus untuk mengeruk di dua lokasi tersebut. Seribu petugas gorong-gorong itu, dikonsentrasikan di Jalan Babakan Irigasi, Kecamatan Astananayar dan Jalan Babakan Jeruk, Kecamatan Sukajadi untuk mengeruk sedimentasi. Semua petugas gorong-gorong itu, ditarik dulu selama dua hari untuk padat karya kerja bakti mendalamkan aliran yang dangkal di kedua lokasi itu.
Untuk penanganan jangka menengah, kata Emil, pihaknya akan memasang tol di Pagarsih dan Pasteur. Pemasangan tol air akan dilakukan dalam jangka waktu dua pekan.
"Dalam hitungan dua pekan akan di pasang tol air. Yakni, dua di Pasteur, satu disini (Pagarsih)," katanya.
Fungsi tol air, kata dia, untuk membelah arus air satu ke jalur utama dan satu ke saluran lain. "Pekan depan, kami pasang tol air untuk langsung mengalirkan air deras dari pagarsih ke Citepus," kata Emil.
Emil mengatakan, panjang tol air di Pagarsih memiliki panjang sekitar 1,3 Km. Aliran air di wilayah tersebut nanti akan langsung dibuang ke Sungai Citepus dengan menggunakan pipa.
"Dari sumber belokan air 300 meter. Dari sini ke Citepus sekitar 1 km. Jadi sekitar 1,3 km. Jadi langsung ke sungai terbesarnya di Sungai Citepus," katanya.
Sedimentasi sendiri, kata dia, merupakan proses alami yang terjadi di sungai. Sedimentasi ini, menjadi salah satu penyebab banjir yang terjadi di Bandung. Karena, menyebabkan kedalaman sungai otomatis menjadi berkurang. Namun, kata dia, agar tak terjadi banjir maka risiko manintenance harus dirutinkan. Apalagi, sudah diberi solusi ada 1.500 petugas yang mengelola.