Rabu 09 Nov 2016 16:50 WIB

Keluarga KH As'ad Syamsul Arifin Berterima Kasih pada Pemerintah

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ilham
Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan selamat kepada Perwakilan dari keluarga Kyai Haji Raden Asad Syamsul Arifinusai penganugerahan Pahlawan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/11).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan selamat kepada Perwakilan dari keluarga Kyai Haji Raden Asad Syamsul Arifinusai penganugerahan Pahlawan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo telah memberikan gelar pahlawan nasional kepada KH As'ad Syamsul Arifin. Kyai As'ad merupakan tokoh satu-satunya yang mendapat gelar pahlawan tahun 2016.

"Kami berterima kasih kepada pemerintah telah memberikan gelar pahlawan nasional kepada KH As'ad Syamsul Arifin atas perjuangannya dalam kemerdekaan, pendidikan dan ekonomi," ujar keponakan KH As'ad Syamsul Arifin, KH Muhyiddin, Rabu (9/11).

Meskipun Kyai Muhyiddin tidak mengenal Kyai As'as ketika muda, tetapi kiprahnya sudah dikenal oleh bayak orang dan khususnya santri di Pondok Pesantren Salafiyah Asyafi'iyah. Kyai As'ad dikenal sebagai pemuka agama di wilayah tapal kuda sejak masa penjajahan Jepang.

"Kami sebagai santri dan kader dari Kyai As'ad sangat bangga atas perjuangan beliau saat melawan penjajah Jepang, bahkan namanya tak hanya dikenal di wilayah tapal kuda dan Jember saja," ujar dia kepada Republika.co.id, Rabu (9/11).

Pendiri Pondok Pesantren Nurul Islam ini juga mengatakan, kesetiaan dan rasa cinta tanah air terhadap Indonesia merupakan ajaran yang penting yang selalu diingat santrinya. Saat tahun 80-an, Pancasila sempat dipermasalahkan sebagai landasan negara, Kyai As'ad bersama ulama lain mengingatkan bahwa Pancasila tetap harus menjadi landasan negara.

"Saat itu timbul polemik dasar negara atau asas dengan rukun iman dan Islam, Kyai As'ad dan ulama meyakinkan bahwa asas dan dasar negara berbeda dengan rukun iman dan rukun Islam yang diyakini umat Islam, Pancasila tidak untuk menggantikan rukun iman dan rukun Islam," jelas dia.  

Tak hanya usahanya dalam bidang kemerdekaan, Kyai As'ad dikenal juga sebagai pejuang dalam memberantas kebodohan di wilayah Situbondo dengan banyak mendirikan pondok pesantren dan sekolah-sekolah. Bahkan, saat ini mengikuti jejaknya, santri didikan Kyai As'ad telah mendirikan ratusan pondok pesantren.

Pondok pesantren dan sekolah keagamaan yanga didirikan santrinya pun kini telah berafiliasi dengan Kementrian Agama. Setidaknya 30 pondok pesantren saat ini telah bernaung dibawah Kementrian Agama.

Selain pejuang kemerdekaan dan pendidikan, Kyai As'ad juga berjuang untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di lingkungan tempatnya berdakwah. "Beliau memberikan lahannya dan ada yang dijual dengan harga murah kepada masyarakat untk dikelola sehingga masyarakat memiliki penghasilan dari pengolahan lahan," jelas dia.

Tak hanya masyarakat sekitar, Kyai As'ad juga menekankan kepada seluruh santrinya tak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga penguatan sisi ekonomi. Sejak dulu, Kyai As'ad telah mengajarkan santrinya untuk mendalami ilmu kewirausahaan.

Gelar pahlawan secara simbolis diterima oleh cucu KH As'ad, KH Azaim Dofir. Saat ini, anak Kyai As'ad yang masih hidup hanya putrinya Nyai Makkiyah As'ad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement