REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pemkab Cianjur menetapkan status siaga darurat banjir dan longsor. Penetapan status siaga ini untuk mempercepat penanganan bencana yang akhir-akhir ini marak.
"Siaga darurat longsor ditetapkan mulai Oktober 2016 hingga Januari 2017 mendatang," terang Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur Asep Suparman kepada Republika Rabu (9/11). Rumusan surat penetapan status siaga ini akan segera ditandatangani oleh Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar.
Menurut Asep, penetapan siaga darurat ini didasarkan pada mulai banyaknya kasus bencana alam di sejumlah daerah. Pasalnya, cuaca ekstrem yang ditandai dengan tingginya intensitas hujan menyebabkan potensi banjir dan longsor meningkat.
Oleh karena itu lanjut Asep, pemkab menetapkan status siaga untuk mempercepat penanganan bencana khususnya koordinasi dengan instansii terkait. Sehingga ketika terjadi bencana, maka upaya penanganan dapat dilakukan dengan cepat.
Terakhir, kasus bencana angin kencang melanda permukiman warga dan sekolah di Desa Jatisari, Kecamatan Bojongpicung, Cianjur, Senin (7/11) sore lalu. Dampaknya, sejumlah rumah dan dua ruangan kelas sekolah dasar (SD) mengalami kerusakan. "Data yang kami terima ada emat rumah rusak sedang dan 16 rusak ringan berupa atapnya yang rusak," terang Asep.
Selain itu ada ruangan kelas yang atapnya tertimpa pohon roboh di SDN Sindangkarya. BPBD lanjut Asep telah menyalurkan bantuan darurat kepada korban bencana. Sementara untuk ruang kelas yang rusak telah dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Cianjur.
Kepala Desa Jatisari Asep Wahyu menerangkan, bencana angin puting beliung berawal ketika terjadi hujan deras yang disertai es serta angin kencang pada Senin sore. Dari hasil pendataan awal terang dia ada sebanyak 54 unit rumah warga yang rusak. Dari puluhan rumah tersebut terdapat empat unit yang rusak berat karena ambruk di Kampung Mekarsari.
Sementara bangunan SD yang rusak berada di SDN Sindangkarya di Kampung Bunisari RT 04 RW 03 Desa Jatisari. Di sekolah tersebut terdapat dua ruangan kelas yang rusak tertimpa pohon yang tumbang. "Dua ruangan kelas rusak tertimpa pohon petai yang ada di dekat sekolah," terang Eva Purwanti (40), guru honorer SDN Sindangkarya.
Ruangan kelas tersebut merupakan Kelas IV dan Kelas I. Beruntung kata Eva, pada saat kejadian tidak ada proses belajar mengajar sehingga tidak ada siswa yang menjadi korban. Namun, kejadian tersebut menyebabkan kegiatan belajar para siswa terhambat karena terpaksa belajar di teras.