REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang wartawan salah satu stasiun televisi, Kompas TV, Muhammad Guntur mengaku terkena pukul saat meliput demo 4 November di depan Istana Negara, Jumat (4/11), sekitar pukul 18.45 WIB. Karena itu, Guntur melaporkan insiden itu ke Polres Jakarta Pusat, Sabtu (5/11).
Guntur menceritakan, pemukulan itu berawal saat dirinya ingin meliput secara live dikerumunan massa yang melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara, Jumat (4/11), sore. "Pas saat itu saya kan lagi posisi lagi live dari kantor bawa alat live. Saya tadinya lagi dari barisan tengah Jalan Veteran, saya maju ke depan ke lampu merah di antara polisi dan demonstran, saya ambil gambar di situ," ujar Guntur saat menjalani pemeriksaan BAP di Polres Jakarta Pusat, Ahad (6/11).
Menurut Guntur, pada awalnya dirinya tidak dipermasalahkan mengambil gambar di lokasi kejadian. Namun, tiba-tiba dari arah seberang kantor Mahkamah Agung ada air mineral yang dilempar ke polisi, sehingga massa di jalan veteran itu pun terlibat saling dorong dengan petugas kepolisian.
"Sementara sebagian ada yang menghalau supaya jangan dorong, ketika saya ambil gambar tiba-tiba dari sebelah kiri saya ada yang teriak, 'kamu ngapain ambil gambar'," kata Guntur menirukan massa yang tak diketahuinya tersebut.
Mendengar teriakan orang itu, massa yang lain pun ikut terpancing dan ikut menarik Guntur ke tengah kerumunan massa. Setelah itu, Guntur ditanya soal media asalnya. "Saya ditarik ke tengah kerumunan massa, ditanya saya darimana, saya bilang 'saya dari Kompas TV'," ucap Guntur.
Setelah itu, ada dua orang yang mengamankan Guntur dan membawanya ke kerumunan polisi. Saat di bawa itulah, tiba-tiba Guntur dipukul oleh seseorang di bagian belakang kepalanya. "Saya dua kali dipukul bagian belakang sini (sembari menunjuk kepala belakang), sama kabel saya sempet ditarik karena kebawa begitu, kabelnya putus," ujar Guntur.
Tidak hanya itu, saat itu juga ada salah satu massa menuduh Guntur sebagai salah satu provokator. "Sebelum saya sampai diujung ada salah satu massa yang nanya saya 'kamu dari mana?' 'kamu ngapain ke depan, kamu penyusup ya provokator ya'. Pas saya bilang dari Kompas TV, dia bilang oh memang provokator ini. Emang media yang enggak berpihak sama mereka," jelas dia.
Akhirnya, massa itu menyuruh Guntur untuk menghapus gambar dan mengambil memori dari kameranya. Atas kasus itu, Guntur berharap pelaku dapat diproses secara hukum. Karena menurut dia, hal itu merupakan tindak kriminal dengan cara memukul dan mengambil kartu memorinya.
"Harapan saya pelaku diproses hukum. biar mereka tahu jurnalis itu dilindungi undang-undang, bukan sembarang kerja," kata Guntur.