Sabtu 05 Nov 2016 01:20 WIB

Para Milenial yang Turun ke Jalan

Rep: Fitriyan Zamzami/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah massa membaca ayat suci Al Quran sebelum melaksanakan Shalat Jumat saat aksi di Bundaran Patung Kuda, Jakarta, Jumat (4/11)
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Sejumlah massa membaca ayat suci Al Quran sebelum melaksanakan Shalat Jumat saat aksi di Bundaran Patung Kuda, Jakarta, Jumat (4/11)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stasiun Universitas Indonesia sudah penuh dengan manusia, kemarin pagi. Kali ini sebagian besar menggunakan pakaian putih, banyak juga yang berkopiah. Berdiri berjamaah di pinggir peron menanti kereta listrik menuju jantung Ibu Kota.

Di tengah kerumunan, bergerombol enam anak muda yang saling berbicara dan sesekali melepas tawa. Seperti layaknya gerombolan anak-anak muda jaman sekarang, beberapa kali obrolan terputus saat mmasing-masing mengeluarkan gawai dan menatap ke layar telepon genggam. Seluruhnya merek papan menengah ke atas.

Empat dari kelompok itu adalah sejawat satu kos-kosan di Bandung. Seluruhnya dari kampus-kampus negeri ternama. Sedangkan satu baru bergabung dengan kelompok itu saat bersua di stasiun.

“Kami berangkat ikut unjuk rasa dengan uang sendiri. Enggak ada yang bayarin,” kata Fahmi Atriadi yang didapuk kawan-kawannya sebagai kepala geng.

Pria asal Dago, Bandung itu adalah lulusan jurusan kimia Institut Teknologi Bandung angkatan 2009. Ia meninggalkan sejenak kegiatan sebagai pengusaha jasa travel untuk “membela agama”.

Tanpa keraguan, kelompok itu mendaku sebagai bagian dari Generasi Z alias para milenial. Kelompok pemuda kelahiran 1980-2000 yang kerap digeneralisasi sebagai bagian masyarakat yang melek teknologi, awas media, namun kerap dinilai apatis. “Ini mau pakai framing apa? Kata Fahmi di awal pembicaraan.

Tapi pagi itu mereka berangkat. “Namanya orang Islam pasti marah kalau Alquran dihina,” kata Endang Rahman, warga Depok lulusan Universitas Padjajaran angkatan 2010.

Menurut Endang, kesepakatan mereka berangkat kemarin diambil lewat grup Whatsapp. Lelaki yang baru saja pulang sehabis jadi relawan Indonesia Mengajar tersebut, menegaskan tak ada niatan politis dari mereka.

Sebagaimana awamnya milenial, media sosial punya tempat istimewa di hatinya. Ia ingin membuktikan gerakan lewat media tersebut juga bisa punya dampak di dunia nyata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement