Kamis 03 Nov 2016 19:59 WIB

Perlu Bak Penampungan Air untuk Antisipasi Longsor Sepakung

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Ilustrasi tanah longsor.
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Ilustrasi tanah longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah merekomendasikan dibuatnya bak penampung guna mengantisipasi longsor susulan di Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Bak penampungan ini harus bisa menampung aliran air dari empat sumber air yang ada di lingkungan desa ini, untuk selanjutnya dialirkan ke salah satu sungai sebagai saluran pembuangan.

“Dengan begitu, air ak lagi mengalir ke lokasi pemukiman warga, yang akhirnya mengakibatkan longsor dan pergerakan tanah,” kata Bupati Semarang H Mundjirin di ruang kerjanya, Kamis (3/11).

Bupati juga menjelaskan, berdasarkan kajian geologi Dinas ESDM ini pula, terungkap bahwa tanah lingkungan pemukiman di Desa Sepakung terbentuk dari lava gunung Telomoyo, pada saat masih aktif. Jenis tanah seperti ini –pada saatnya—akan mengalami masa rapuh, hingga strukturnya akan mudah larut oleh air. Apalagi kontur wilayah desa ini didominasi oleh perbukitan yang berkaki di Rawapening.

Kondisi inilah yang terjadi di sebagian wilayah Desa Sepakung, saat ini. Tanahnya sudah rapuh dan gampang larut akibat aliran mata air yang ada meresap di kawasan pemukiman. “Makanya dusun di desa ini namanya Bungkah,” tegas bupati.

Untuk itu, masih jelas Mundjirin, guna menurangi resapan air, Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah merekomendasikan dibuatkan bak penampungan air agar tidak gampang meresap di sekitar pemukiman warga.

Dari bak penampungan ini, air selanjutnya dialirkan menuju sungai yang berhilir di danau Rawapening. Selama tidak ada bak penampungan, maka air akan mudah meresap di kawasan pemukiman.

Artinya, tanpa ada penampungan air, masalah pergerakan tanah dan longsor akan selalu mengancam pemukiman warga. “Kami tengah mengkaji, pembuatan bak penampungan air ini,” tandasnya.

Terkait bencana longsor yang terjadi di lingkungan pemukiman Desa Sepakung ini, lanjut bupati, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang sudah meminta empat kepala keluarga (KK) yang rumahnya rusak berat untuk bersedia direlokasi.

Namun warga sendiri yang menolak dengan alasan lahan yang ada di dekat rumah mereka subur. Sehingga, sampai saat ini wargapun enggan dipindahkan dari lokasi pemukiman saat ini.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang, Arief Budianto menambahkan, Dinas ESDM menyarankan agar tebing yang sudah terbuka imbas longsor segera dibuat bangunan pengaman serta perkuatan menganut konstruksi terasiring.

Meski begitu, yang paling mendesak adalah pembuatan bak penampungan dan jalur aliran air. Sedangkan penguatan tebing masih bisa dikerjakan bertahap.

Terkait pemukiman penduduk di RT 1 dan RT 2 RW IX Dusun Bungkah, dari hasil kajian ini diketahui rekahan dinding pada sejumlah rumah warga tidak ada hubungannya dengan longsor akibat munculnya sumber air baru. “Dimungkinkan, lahan pemukiman tadi mengandung air. Apabila kandungan airnya sudah jenuh, maka akan terjadi pergeseran tanah,” jelas Arief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement