Selasa 01 Nov 2016 19:55 WIB

Citra Umat Islam Rusak Jika Demo 4 November Berujung Anarkis

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andi Nur Aminah
Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin (kiri),bersama Anggota Komisioner Bawaslu Pemprov DKI Jakarta Muhammad Jufri (kanan)saat memberikan keterangan dalam Media Gathering Bawaslu DKI bertajuk Himbauan Pilkada DKI yang Damai
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin (kiri),bersama Anggota Komisioner Bawaslu Pemprov DKI Jakarta Muhammad Jufri (kanan)saat memberikan keterangan dalam Media Gathering Bawaslu DKI bertajuk Himbauan Pilkada DKI yang Damai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rais Syuriah PBNU KH Ahmad Ishomuddin mengingatkan akan ada kerusakan dan kerugian besar yang akan dialami Indonesia dan umat Islam bila aksi demo 4 November nanti berujung anarkis. Atau jika sampai terjadi tindakan teror.

Karena itu Rais Syuriah yang akrab disapa Kiai Ishom ini meminta umat Islam harus bisa menghindari kerusakan yang terjadi pada demo 4 November nanti. "Sangat  disayangkan kalau demo tanggal 4 November nanti membuat kerusakan yang luar biasa. Maka akan merusak citra umat Islam di Indonesia," kata dia dalam diskusi 'Ancaman Radikalisme dan Terorisme di Pilgub DKI' di Wahid Institute, Selasa (1/11).

Ia mengatakan kalau mau demo silakan. Namun menurutnya kalau sudah mengarah kepada kerusakan akan lebih baik menghindari dan tidak ikut. Hal itu seperti pesan para ulama dari NU, Muhammadiyah dan MUI yang menghindari kerusakan. "Saya bersama pimpinan ormas Islam baik PBNU, PP Muhamnadiyah dan MUI telah bertemu Presiden di istana. Kami sudah sepakat untuk tidak ikut demonstrasi demi menghindari kerusakan yang lebih besar," katanya.

Namun karena negara Indonesia adalah negara demokrasi jadi hendaklah diperhatikan mereka yang ingin menyuarakan pendapatnya. Namun tanpa menyebabkan kerusakan apalagi menyebabkan perpecahan bangsa dan negara.

Terkait dugaan kasus penistaan agama oleh Ahok, menurutnya hendaklah warga negara khususnya umat Islam mempercayai pemerintah, dalam hal ini Polri yang sudah memproses kasus Ahok. "Kalau tidak bersalah ya dibebaskan, tapi kalau bersalah dihukum. Tapi bukan kemudian memaksakan kehendaknya," kata dia.

Ia mengungkapkan persoalan besar Indonesia sejak dulu dan kini adalah hubungan antara agama dan negara yang belum selesai. Masih ada pihak-pihak yang masih mempertentangkan NKRI dengan khilafah. Karena itu, ia menegaskan di PBNU, NKRI dan Pancasila sudah final. Tidak perlu diganti dengan sistem khilafah, apalagi yang terkait dengan khilafah global.

Menurutnya inilah yang menjadi pangkal perselisihan antar umat agama yang berbeda-beda di Indonesia ini. Karena itu dia menegaskan sebenarnya musuh umat Islam  bukan non-Islam. Karena Muslim tidak boleh memusuhi non-Muslim dalam konteks berbangsa dan beragama.

Karena itu ia menegaskan siapa musuh utama umat Islam, yaitu kezaliman dan ketidakadilan. "Siapa pun pemimpin yang melakukan kezaliman dan ketidakadilan harus ditegur. Karena Nabi Musa pun diminta menegur kezaliman yang dilakukan Firaun. Tapi bukan dengan cara kekerasan," katanya.

Karena kezaliman dan ketidakadilan ini bisa dilakukan oleh siapa pun, Muslim maupun non-Muslim. Musuh kedua adalah setan, yang selalu menghembuskan kebencian, saling bermusuhan bahkan menumpahkan darah. Maka siapa pun yang mengajak hal itu maka ia harus menjadi musuh.

Ketiga, menurutnya musuh umat Islam adalah hawa nafsu itu sendiri. Kalau mempelajari dan mengkaji Alquran tidak didasari ilmu dan hanya mengedepankan hawa nafsu maka yang terjadi adalah pertentangan terus menerus dan tidak mau menerima perbedaan.

Amri Amrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement