REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Sumber daya petani di Indonesia saat sekarang makin berkurang. Hal itu diungkapkan pakar pertanian dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Profesor Totok Agung Dwi Haryanto.
"Kondisi sumber daya petani di Indonesia saat ini, pendidikannya rendah," katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, Sabtu (29/10).
Totok mengatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam acara "Agribusiness Leadership Forum: Membangun Cinta Generasi Muda terhadap Pertanian Indonesia" di Graha Widyatama, Unsoed Purwokerto.
Acara tersebut juga menghadirkan Komisaris Utama PT Perkebunan Nusantara VIII Karen Tambayong dan mantan Panglima TNI Jenderal (Purnawirawan) Moeldoko.
Lebih lanjut, Totok mengatakan bahwa kepemilikan lahan oleh petani di Indonesia juga masih sempit dan sebagian di antaranya merupakan petani penggarap. "Bahkan, petani-petani kita banyak yang berusia tua sehingga sumber daya petani makin berkurang," katanya.
Oleh karena itu, dia mengajak generasi muda untuk ikut serta mengembangkan sektor pertanian demi mewujudkan cita-cita pendiri bangsa.
Pada awal kemerdekaan, kata dia, Presiden Soekarno telah menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap pertanian sehingga semangat itu harus terus digelorakan. Menurut dia, kepemimpinan agrobisnis mampu menggerakkan semua untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Pembicara lainnya, Komisaris Utama PT Perkebunan Nusantara VIII Karen Tambayong mengatakan bahwa sektor pertanian sangat penting bagi kehidupan. "Mengapa pertanian penting? Ini karena berkurangnya sumber daya air, energi, hayati, dan pangan," kata praktisi pertanian itu.
Akan tetapi, kata dia, saat ini petani yang telah berusia tua sudah di atas 50 persen. Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, sebanyak 62 persen penduduk Indonesia adalah pemuda.
Menurut dia, ketersediaan tenaga kerja muda tersebut merupakan salah satu potensi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sektor pertanian di samping potensi-potensi lainnya. "Potensi yang dimiliki Indonesia, yakni tenaga kerja muda, posisi strategis, beriklim tropis, dan kaya akan plasma nutfah," katanya.
Dalam kesempatan itu, dia juga mengajak mahasiswa untuk tidak bergantung pada gandum maupun buah-buahan impor Menurut dia, banyak tanaman buah dan sayuran di Indonesia yang kaya akan nutrisi sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.