Jumat 28 Oct 2016 22:18 WIB

Sarung Warnai Peringatan Sumpah Pemuda di Purwakarta

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Ada yang berbeda dalam peringatan Sumpah Pemuda yang ke 88 di Kabupaten Purwakarta. Pada peringatan ini, peserta upacaranya mengenakan kain sarung dan kopiah. Bahkan, pengibar benderanya juga menggunakan pakaian adat.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, peringatan Sumpah Pemuda 2016 ini, jatuh pada Hari Jumat. Sedangkan di Purwakarta, setiap Jumat, ASN dan para pelajar laki-laki diwajibkan mengenakan sarung dan kopiah. Adapun ASN atau pelajar nonmuslim dan perempuan, pakaiannya menyesuaian.

"Momennya bertepatan dengan diberlakukannya aturan mengenakan kain sarung," ujar Dedi, kepada Republika, Jumat (28/10).

Menurut Dedi, spirit penggunaan kain sarung setara dengan spirit pemuda dalam peristiwa Sumpah Pemuda pada 1928 silam. Sarung, merupakan nafas kultur nusantara. Sekaligus, sejalan dengan spirit penyatuan nusantara yang tercantum dalam butir-butir ikrar Sumpah Pemuda.

Tak hanya itu, sarung juga merupakan identitas bangsa Indonesia. Sedangkan, para pemuda saat itu mengikrarkan persatuan nusantara dibawah panji Keindonesiaan. Dalam kondisi kultur daerah di nusantara yang berbeda-beda. Namun, spiritnya persatuan dan kesatuan.

Sedangkan sumpah pemuda 2016 ini, Dedi memaknai bahwa momentum ini bukan semata gerakan untuk para pemuda saja. Melainkan lebih dari itu. Karena, pemuda telah mampu mempersatukan bangsa. Bahkan berhasil membangkitkan semangat kreatifitas. "Maka, tugas pemerintah sekarang terus mendorong kreatifitas bangsa. Melalui para pelajar dan ASN," ujarnya.

Terkait kewajiban menggunakan kain sarung dan kopiah setiap Hari Jumat, menurut Dedi, kebijakan itu telah dicanangkan sejak memeringai Hari Santri Nasional, yang jatuh pada 20 Oktober pekan kemarin. Dengan begitu, kebijakan ini perdana direalisasikan pada hari ini.

"Ternyata, tanggapannya positif. Pelajar dan ASN, kompak mengenakan sarung dengan berbagai macam corak dan model," ujarnya.

Sementara itu, Nurdin Holid (16 tahun) pelajar SMK 3 Purwakarta, mengaku, tak keberatan dengan kebijakan mengenakan kain sarung serta kopiah ini. Sebab, akan memudahkan para pelajar laki-laki muslim untuk menunaikan shalat Jumat.

"Jadi, tidak usah ganti baju lagi. Sepulang sekolah, kita bisa langsung ke masjid untuk menunaikan kewajiban Jumatan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement