REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang aksi masih akan terus berlanjut menuntut Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama ditetapkan sebagai tersangka. Tuntuntan penetapan tersangka itu karena pria yang disapa Ahok ini dinilai telah terbukti menista agama Islam.
Meski aksi terus dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, terakhir demo dilakukan di Bogor Jawa Barat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan demo mesti tertib, tidak melanggar ketententuan yang sudah ditetapkan.
"Setelah melihat aksi dengan jumlah ratusan ribu umat Islam pada Kamis siang di kota Bogor Jawa Baratm ulama-ulama sedunia telah sepakat, demo atau unjuk rasalah dengan tertib," kata wakil Ketua MUI Anton Tabah Digdoyo kepada Republika.co.id, Jumat (29/10).
Menurut Anton yang juga Dewan Pakar ICMI ini, jika demo dilakukan dengan tertib, aman dan nyaman akan mendapatkan pahala. Karena akasi itu (demo) bagian dari dakwah, amar ma'ruf nahimunkar ,"Itu jika aksinya dilakukan dengan niat karena Allah, terlebih jika UU negara melegalkan demo atau unjuk rasa," ujarnya.
Anton yang juga mantan jenderal polri ini menegaskan demo yang dilakukan jutaan umat Islam se Indonesia akhir-akhir ini bukan mendemo pilkada. Tapi karena perbuatan penodaan agama yang dilakukan Ahok.
Jadi, Anton mengatakan yang perlu dijelaskn pada publik, pertama tidak ada hubungan dengan pilkada tapi perbuatan melecehkan Alquran tersebut secara kebetulan terjadi menjelang pilkada. Keduam demo tidak ada hubungannya dengan umat Kristen, bahkan umat Kristen pun ada yang ikut demo. "Jadi ini bukan SARA" katanya.
Ketiga, Anton melanjutkan, demo juga tidak ada hububungannya dengan masyarakat Cina di Indonesia. Bahkan masyarakt Cina di Indonesia juga ikut demo karena marah dengan perbuatan Ahok yang melecehkan kitab suci tersebut.
Untuk itu Anton yang juga Pembina HMI, wanti-wanti mengimbau agar demo dakwah demi amar ma'ruf nahimunkar harus santun, aman dan tertib. Sekaligus menghibur masyarakt yang sudah penat dengan pekerjaannya sehari-hari sehingga mengundang simpati seluruh rakyat.