Kamis 27 Oct 2016 23:50 WIB

Museum Ambarawa Miliki Tiga Loko Uap

Museum Ambarawa Jawa Tengah
Foto: http://indiraatmayana.blogspot.com
Museum Ambarawa Jawa Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, AMBARAWA -- Museum Kereta Api Ambarawa di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, memiliki tiga lokomotif uap yang unik dibandingkan dengan lokomotif biasanya.

"Kami sebenarnya punya tiga lokomotif uap. Namun, hanya dua loko yang dioperasikan untuk kereta wisata," kata Kepala Stasiun Ambarawa Rahmayandi di Ambarawa, Kamis (27/10).

Hal tersebut diungkapkan usai peluncuran KA Wisata Ambarawa-Bedono menggunakan lokomotif uap untuk menarik dua kereta wisata dengan kapasitas maksimal 80 penumpang, di Stasiun Ambarawa.

Untuk lokomotif uap yang dioperasikan menarik kereta wisata, kata dia, ada dua loko, yakni Lokomotif B 2502 dan B 2503 buatan Jerman pada 1902 yang mendukung sistem rel bergerigi.

"Sebenarnya, masih ada satu lokomotif uap yang kami punya, namun tidak bergerigi. Jadinya, yang dioperasikan untuk kereta wisata itu hanya dua lokomotif karena jalurnya rel bergerigi," katanya.

Sebanyak tiga lokomotif uap itu diberi nama yang terkesan unik, yakni Bobo (Lokomotif B 2502), Boni (B 2503), dan Sun untuk Lokomotif B 5112 yang tidak dioperasikan untuk kereta wisata Ambarawa-Bedono.

Rahmayandi mengakui operasional lokomotif uap memang relatif mahal karena membutuhkan banyak kayu yang harus berjenis jati untuk mendukung sistem pembakaran agar berjalan secara maksimal.

"Jadi, kayu-kayu jati itu digunakan untuk membakar tungku yang berisi air. Ini kan lokomotif uap, makanya uap dari pembakaran itu yang mendorong sistem kereta berjalan," katanya.

Maka dari itu, kata dia, biaya sewa lokomotif uap beserta dua gerbong wisata dengan kapasitas 80 orang itu mencapai Rp 15 juta karena bahan baku kayu yang digunakan harus jati yang memang mahal.

Untuk pemeliharaan komponen, dia mengakui bukan perkara mudah, apalagi lokomotif itu sudah diproduksi sejak 114 tahun lalu yang membuat komponen-komponennya sudah tidak diproduksi.

"Rata-rata komponennya kami bikin sendiri. Kalau (komponen, red.) yang diimpor justru yang berukuran kecil-kecil, seperti pipa untuk aliran uap air. Itu yang belum bisa bikin sendiri," katanya.

Mengingat biaya pemeliharaannya yang relatif tinggi, pemakaian lokomotif uap itu tidak boleh sembarangan dan dibatasi, yakni maksimal delapan kali/bulan untuk menjaga kondisi lokomotif.

"Depo khusus untuk lokomotif uap ada di sini (Ambarawa, red.). Kami punya empat tenaga ahli. Jadi, (lokomotif uap, red.) Sawahlunto, Sumatera Barat, juga ke sini teknisinya kalau ada kerusakan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement