REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan cuaca ekstrem yang terjadi sepanjang tahun 2016 dipastikan tidak mengganggu produksi padi para petani di Tanah Air. Dalam kunjungannya di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Kamis (27/10), ia mengatakan anomali cuaca akibat La Nina tidak memengaruhi persediaan beras nasional karena produksi petani tergolong aman.
"La Nina tidak mengganggu karena kami bergerak cepat. Jika tidak, kita bisa impor 15 juta ton beras," ujar Andi Amran saat panen padi benih Hibrida Sembada di Desa Ngompro, Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi.
Menurut dia, gerak cepat yang dimaksudkannya tersebut antara lain memberi bantuan petani berupa benih unggul, di antaranya Hibrida Sembada, IPB 3S, dan Inpari. Masing-masing varietas unggul tersebut memiliki hasil panen yang lebih baik dibanding varietas lainnya.
Varietas Hibrida Sembada B9 dan Sembada 168 yang ditanam petani Desa Ngompro mampu menghasilkan 9-12 ton gabah kering panen (GKP) per hektare. Padahal panen benih biasa hanya mampu menghasilkan 5,5 ton per hektare. "Kondisi tersebut sangat baik untuk dikembangkan dan tentu saja akan menguntungkan petani," kata dia.
Melihat hasil yang cukup menguntungkan tersebut, pemerintah memberikan subsidi benih unggul untuk empat juta hektare dan bantuan gratis bagi satu juta hektare lahan sawah di Indonesia. Upaya lain untuk mencegah impor beras di antaranya dengan memberikan bantuan alat pertanian, memperbaiki infrastruktur irigasi, dan asuransi pertanian.
"Diharapkan dengan demikian swasembada pangan nasional dan peningkatan kesejahteraan petani dapat tercapai," katanya.