REPUBLIKA.CO.ID, TABANAN - Cuaca ekstrem menimpa Sejumlah Dusun di Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada Sabtu (22/10) malam. Angin puyuh yang menghantam desa tersebut mengakibatkan berbagai macam kerusakan, seperti rumah roboh, pepohonan bertumbangan dan tempat suci milik keluarga (sanggah) pun ikut tersapu oleh angin tersebut.
Untuk mengantisipasi kejadian tersebut supaya tidak tambah parah lagi, Bupati Tabanan Bali Ni Putu Eka Wiryastuti segera mengintruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dan Camat Kerambitan untuk siap siaga dalam membantu warga yang diterjang angin puyuh.
“Di peralihan musim ini saya instruksikan BPBD dan Camat selalu siaga dan membangun koordinasi yang baik, begitu juga dengan para Perbekel, sehingga bantuan bagi warga yang terkena musibah, bisa dilakukan sesegera mungkin serta hal penting lainnya adalah memperhatikan kerugian warga yang menjadi korban bencana,” ujar Bupati Eka di Tabanan Bali, Senin (24/10).
Bupati Eka juga mengimbau kepada masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan cuaca ekstrem yang bisa terjadi kapan saja.
“Tentu saya prihatin dengan kejadian di Tibubiu, ini musibah yang terjadi akibat perubahan cuaca yang ekstrem. Karena itu, saya juga menghimbau kepada masyarakat lainnya untuk selalu waspada dan menjaga diri dengan baik, Karena kejadian seperti ini tidak bisa diperkirakan,” tambah Eka.
Ada 11 titik kerusakan yang terdapat di empat banjar (RW) yakni Banjar Pasut, Tibubiu Kaja, Tibubiu Kelod dan Tegal. Bencana alam yang berlangsung singkat itu berawal dari langit mendung terdengar suara petir, tiba-tiba dari arah barat laut ada suara menderu yang disertai turunnya hujan dan angin puting beliung. Angin kencang tersebut disusul tumbangnya sejumlah pohon yang menimpa tempat suci milik keluarga (sanggah) dan menimbulkan kepanikan seluruh warga.
Berdasarkan data yang dilansir dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memang Bali saat ini perlu diwaspadai karena masih adanya potensi hujan lebat disertai angin kencang, serta tinggi gelombang laut mencapai 2 meter atau lebih di Samudra Hindia di Selatan Bali hingga NTB. Hal ini menjadikan warga yang tinggal disekitarnya harus tetap waspada dan mengantisipasi terjadinya bencana susulan.