REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Penggunaan styrofoam di Kota Bandung bakal dikurangi. Guna menerapkan kebijakan itu, Pemkot Bandung terus melakukan pendekatan ke sejumlah industri besar.
Menurut Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, dirinya sudah bertemu dengan perusahan yang memproduksi mi instan cup. Mereka, akan sepakat akan mengganti kemasan dari styrofoam ke dalam bentuk kertas. Hanya saja, diakuinya perubahan penggunaan kemasan dari kertas itu membutuhkan waktu.
"Alhamdulilah, kemarin sudah bertemu dengan direkturnya. Walaupun peraturanya di Kota Bandung, tapi mereka memahami dan bahkan akan mengubah secara nasional," ujar Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, baru-baru ini.
Diakuinya untuk mengubah penggunaan styrofoam ke kertas membutuhkan waktu. Karena, itu skalanya industri besar. Jadi mereka meminta waktu. "Tapi secepat-cepatnya di 2017 semua produk mie instan itu sudah tidak lagi yang menggunaikan styrofoam jadi alhamdulillah," katanya.
Terkait sanksi, Emil mengatakan, pihaknya mengeluarkan sanksi sesuai kewenangannya. Yakni, kewenangan Pemkot Bandung berada di urusan perizinan usaha saja. Tim pengawasnya, dari BPLH. "Kan BPLH itu badan jadi lintas SKPD. Biar nanti yang menentukan dinas dinas mana. Intinya impact kita menasional," katanya.
Direktur Eksekutif Peduli Lingkungan Jawa Barat (Pelija), Qudrat Iswara menyebut, styrofoam adalah satu zat yang sulit diurai. Jadi, perlu di daur ulang. Selain itu, zat kimia yang ada dalam styrofoam berbahaya kalau bereaksi dengan makanan panas.
Pihaknya, kata dia, mendukung kebijakan yang dibuat oleh Pemkot Bandung. Namun, dirinya berharap Pemkot tak hanya bisa melarang. Namun, bagaimana memberikan nilai tambah pada styrofoam yang sudah menumpuk. "Tak hanya melarang, yang sudah ada harus ada solusinya. Ini, masalah budaya masyarakat," katanya.
Ia sedikit pesimis atas larangan penggunaan styoform ini bisa berhasil. Karena, sebelumnya larangan plastik yang di buat Pemkot pun tak efektif berjalan. Saat ini, restoran besar juga masih menggunakan styrofoam dan plastik. "Tak mudah seperti membalikan telapak tangan, ini terkait budaya," katanya.