REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pakar Tata Kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Denny Zulkaidi menuturkan ada berbagai macam faktor penyebab banjir yang terjadi di Kota Bandung, salah satunya ialah minimnya jumlah drainase di kota tersebut.
"Terkait penyebab banjir di Kota Bandung, yang harus diperhatikan itu adalah bertambahnya luas kawasan terbangun, airnya melimpah tidak meresap, ruang terbuka hijau, sumur serapan, drainsae tidak memadai dan faktor teknis, seperti air hujan harusnya masuk ke drainase tapi malah ke badan jalan," kata Denny Zulkaidi, ketika dihubungi, Senin (24/10).
Menurut dia, Pemerintah Kota Bandung saat ini harus menghitung ulang kebutuhan akan drainase karena sepengetahuan dirinya rencana perbaikan dan pengadaan drainase di Kota Bandung terakhir kali dilakukan pada 1980-an. "Tapi itu harus ditanyakan lagi ke Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, karena setahu saya terakhir kali rencana untuk pengadaan drainase itu tahun 1980. Jadi Pemkot Bandung harus membuat master plan drainase," kata dia.
Ia menuturkan ada solusi jangka pendek dan jangka panjang yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung untuk mengatasi masalah banjir. Solusi jangka pendek, kata dia, adalah dengan membersihkan drainase dari sampah dan sedimentasi dan solusi jangka panjang untuk mengatasi banjir adalah memperbanyak ruang terbuka hijau dan ruang terbuka hijau private di setiap rumah warga.
"Idealnya memang jumlah ruang terbuka hijau yang harus dimiliki oleh Pemkot Bandung adalah 20 persen dari total luas wilayah yang ada," kata dia.
Sementara itu Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan hujan berintensitas tinggi mengguyur Kota Bandung pada Senin siang, sehingga menyebabkan jalan-jalan utama di Kota Bandung terendam banjir. Kawasan Pasteur yang paling parah terkena dampaknya dan di sepanjang jalan utama itu, air sudah menutup jalan seperti sungai. Kawasan di Jalan Pasteur terendam banjir hingga ketinggian 160 sentimeter.
Begitu juga di Jalan Pagarsih tinggi air 150 sentimeter dan Jalan Nurtanio setinggi 120 sentimeter dan banjir mengalir dengan cepat dan semua drainase perkotaan meluap. Menurut dia, saluran drainase perkotaan tidak mampu mengalirkan aliran permukaan sehingga terjadi banjir.