Ahad 23 Oct 2016 16:07 WIB

Warga Ciayumajakuning Diimbau Waspadai Potensi Hujan Lebat

Rep: Lilis Handayani/ Red: Damanhuri Zuhri
Hujan lebat
Foto: Antara
Hujan lebat

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Potensi hujan lebat atau meningkatnya intensitas curah hujan akan terjadi di Jawa Barat, termasuk Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), dalam dua hari ke depan. Warga pun diimbau untuk waspada.

 

Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn menjelaskan, kondisi itu disebabkan adanya daerah tekanan rendah di perairan sebelah barat Sumatera Selatan. Akibatnya, massa udara mengumpul di wilayah Jawa Barat sehingga awan-awan hujan yang terbentuk lebih banyak.

"Inilah yang menyebabkan curah hujan dan potensi hujan lebat jadi meningkat,’’ terang pria yang akrab disapa Faiz itu kepada Republika.co.id, Ahad (23/10).

 

Faiz menambahkan, meningkatnya potensi hujan lebat juga dikarenakan masih hangatnya suhu permukaan laut di utara Jawa. Kondisi tersebut mendukung pertumbuhan awan-awan hujan.

 

Faiz pun mengimbau warga untuk waspada. Hal itu terutama saat terlihat ada awan hitam pekat (Cumulonimbus) yang bisa berpotensi menyebabkan hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Tak hanya itu, adanya awan tersebut juga bisa meningkatkan tinggi gelombang di laut yang bersifat sementara. 

 

Berdasarkan pantauan Republika, Ahad (23/10), hujan lebat terus mengguyur Wilayah Ciayumajakuning sejak pagi hari. Hingga berita ini diturunkan sekitar pukul 16.00 WIB, hujan masih terus mengguyur dengan intensitas sedang.

 

Sementara itu, di Kabupaten Kuningan, meningkatnya intensitas hujan membuat pelaporan terjadinya bencana dilakukan setiap hari di. Aparat desa dan relawan pun dilibatkan. "Dengan pelaporan  setiap hari, maka terjadinya bencana akan cepat diketahui,’’ kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin.

 

Agus menyatakan, tak hanya melibatkan relawan, aparat desa pun dilibatkan dalam pelaporan tersebut. Pasalnya, tidak semua daerah bisa terjangkau oleh relawan maupun petugas BPBD.

 

Menurut Agus, pelaporan tersebut dilakukan dengan menggunakan radio komunikasi. Dengan demikian, daerah pegunungan yang tidak terjangkau sinyal telefon, pelaporan bencananya bisa tetap dilakukan dengan radio komunikasi tersebut.

 

Agus menambahkan, jauh-jauh hari sebelum musim penghujan, pihaknya juga sudah melayangkan surat kepada pemerintah desa dan kecamatan untuk meningkatkan kewaspadaan bencana. Selama ini, bencana yang sering terjadi di Kabupaten Kuningan adalah pergerakan tanah dan longsor.

 

Di Kabupaten Kuningan, terdapat 258 desa yang tersebar di 32 kecamatan dinyatakan sebagai daerah rawan longsor dan pergerakan tanah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 35 desa di delapan kecamatan bahkan dipetakan sebagai daerah yang paling berpotensi terkena kedua bencana tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement