REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Lembaga survei PoliticaWave mencatat sebanyak 67 persen masyarakat dunia maya atau yang sering disebut netizen memberikan respons positif terhadap kinerja pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK).
"Selama periode 21 Oktober 2015 sampai 10 Oktober 2016, kami sudah melakukan pemantauan respons netizen terhadap program-program dan kinerja pemerintahan Jokowi-JK," kata pendiri PoliticaWave Yose Rizal, Kamis (20/10).
Menurut dia, pemantauan dilakukan dalam tiga bidang, yaitu politik, hukum dan keamanan (polhukam), ekonomi dan sosial, budaya dan masyarakat (sosbudmas). Dari hasil pemantauan, diketahui sebanyak 67 persen netizen merespons secara positif dan 33 persen netizen merespons secara negatif.
"Respons positif menunjukkan bahwa netizen mengapresiasi dan puas terhadap kinerja pemerintah. Sedangkan respons negatif menunjukkan bahwa netizen kecewa dan kurang puas terhadap kinerja pemerintah," ujar Yose.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh PoliticaWave, ada sebanyak 549.659 percakapan terkait bidang polhukam di media sosial yang terdiri dari 70 persen sentimen positif dan 30 persen sentimen negatif.
"Terdapat lima sub bidang topik pembicaraan dalam bidang polhukam, antara lain pemberantasan korupsi, kinerja lembaga negara, hukuman mati, penegakan hukum dan pemberantasan terorisme dan pembebasan sandera," tutur Yose.
Kemudian, dia mengungkapkan di bidang ekonomi, terdapat lima sub bidang topik pembicaraan, yakni pengendalian harga, lapangan kerja dan pengangguran, iklim investasi, tax amnesty dan paket kebijakan ekonomi.
"Dalam bidang ekonomi, kami mencatat ada sebanyak 1.161.420 percakapan di media sosial yang terdiri dari 66 persen sentimen positif dan 34 persen sentimen negatif," ungkap Yose.
Terakhir, dia menyebutkan ada sebanyak 87.915 percakapan dalam bidang sosbudmas di media sosial yang terdiri dari 50 persen sentimen positif dan 50 persen sentimen negatif. Di sini ada empat sub bidang topik, yaitu pelayanan kesehatan dan Kartu Indonesia Sehat, sistem pendidikan dan Kartu Indonesia Pintar, intoleransi dan radikalisme serta revolusi mental.