Rabu 19 Oct 2016 18:40 WIB

Konservasi Air Tingkatkan Luas Tanam

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Yudha Manggala P Putra
Tiga Gili Tersebut merupakan tempat wisata favorit dikunjungi para turis asing di pulau Lombok dan juga sebagai kawasan konservasi perairan nasional dengan luas sekitar 2954 hektar
Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi/ss/Spt/12
Tiga Gili Tersebut merupakan tempat wisata favorit dikunjungi para turis asing di pulau Lombok dan juga sebagai kawasan konservasi perairan nasional dengan luas sekitar 2954 hektar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan bangunan konservasi air dinilai menjadi strategi jitu dalam menyiasati dampak perubahan iklim pada sektor pertanian. Cara ini berguna untuk menyimpan air sekaligus mengatasi kelangkaan air, sehingga dapat meningkatkan luas tanam dan produksi pertanian.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, beberapa jenis bangunan konservasi air yang dikembangkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian yaitu Embung, Dam Parit, dan Longstorage.

"Ketiga bangunan tersebut pada prinsipnya berupa tampungan air dengan karakteristik yang berbeda tergantung jenis sumber air, bentuk tampungan, dan cara memanfaatkannya," ujar dia kepada Republika.co.id, Rabu (19/10).

Embung merupakan bangunan konservasi air berbentuk kolam atau cekungan untuk menampung air limpasan (run off) serta sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian.  Sedangkan dam parit adalah suatu bangunan konservasi air berupa bendungan kecil pada parit-parit alamiah atau sungai-sungai kecil yang dapat menahan air dan meningkatkan tinggi muka air untuk disalurkan sebagai air irigasi.

Sementara long storage, kata dia, adalah bangunan penahan air yang berfungsi menyimpan air di dalam sungai, kanal, dan atau parit pada lahan yang relatif datar. Caranya dengan  menahan aliran untuk menaikkan permukaan air sehingga cadangan air irigasi meningkat.

Kementan pada 2015 mengembangkan 318 unit embung/dam parit/long sturage di 57 kabupaten, 16 provinsi. Jumlah itu bertambah pada 2016 menjadi sebanyak 2.030 unit yang tersebar di 270 kabupaten dan 32 provinsi. Dengan satuan harga per unit adalah Rp 100 juta dan coverage area rata-rata 25 hektare per unit.

Sumardjo menjelaskan, pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan secara padat karya oleh Kelompok Tani. "Hasil dari program ini diperkirakan minimal mampu meningkatkan Indeks Pertanaman minimal sebesar 0,5," katanya.

Berdasarkan data Pusdatin Kementan 2015, jika asumsi produktivitas padi nasional 5,2 ton per hektare maka strategi pengembangan bangunan konservasi akan potensial meningkatkan produksi pada 2015, minimal sebesar 20.670 ton dan pada 2016 minimal sebesar 131.950 Ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement