Selasa 18 Oct 2016 17:21 WIB

Soal ISIS, Pengamat: Pernyataan Kapolri Terlalu Berlebihan

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Teguh Firmansyah
Kapolri Jenderal Tito Karnavian
Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Kapolri Jenderal Tito Karnavian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme, Harits Abu Ulya menilai pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait puluhan WNI yang ikut ISIS sudah pulang ke Indonesia terlalu berlebihan. Harits pun meragukan tentang kebenaran apa yang disebutkan Kapolri tersebut.

“Dari kajian empirik yang kita lakukan justru menemukan realitas yang sebaliknya,” ujar Harits dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (18/10).

Harits menjelaskan, doktrin tentang hijrah membuat seseorang pengikut ISIS tidak memiliki orientasi untuk kembali ke negara asalnya. Dengan begitu, keberadaan mereka di Suriah dianggap sebagai kemuliaan untuk hidup dan mati di sana. Mereka akan mengabdi secara utuh kepada daulah ISIS.

Kemudian, lanjutnya, pengikut ISIS di Indonesia masih memendam keyakinan tentang kaharusannya hijrah ke Suriah sebagai basis ISIS. Mereka terus berusaha keluar dari Indonesia guna mewujudkan keyakinannya tersebut.

Mereka juga ada yang ditangkap otoritas Turki saat menunggu giliran menyeberang ke wilayah yang dikuasai ISIS.

Bahkan ada yang ditangkap di dalam negeri sebelum take off yaitu di Bandara Internasional Juanda Suarbaya, Soekarno-Hatta.

“Jadi 99,9 persen yang balik ke Indonesia adalah mereka yang belum sampai tujuan, tapi baru sampai di perbatasan ditangkap baru kemudian dideportasi,” kata Harits.

Baca juga, Puluhan WNI yang Bergabung dengan ISIS kembali ke Indonesia.

Untuk itu, Harits menegaskan, menjadi hal aneh jika hal seperti itu disebut oleh Kapolri sebagai orang yang terlatih dan membahayakan. Harits mengakui sempat terjadi WNI yang kembali ke Indonesia karena sudah tidak sepaham dengan ISIS. Namun, kejadian tersebut pada awal deklarasi ISIS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement