REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Jumlah anak yang memiliki kebutuhan khusus di Indonesia, dinilai cukup besar. Termasuk anak yang memiliki gangguan dalam berkomunikasi.
Ketua Ikatan Terapis Wicara Indonesia (Ikatwi) Jawa Tengah, Hafidz Tri Antoro, menyebutkan 1 dari 300 anak di Indonesia, sata ini memiliki gangguan dalam berkomunikasi. ''Mereka ini perlu mendapatkan pelayanan dari orang-orang yang bisa membantu mereka mengatasi permasalahan dalam berkomunikasi, atau para terapis wicara,'' jelasnya dalam acara penyuluhan profesi dan pelayanan terapi wicara di SD Purba Adhi Suta.
Namun Hafidz menyebutkan, jumlah tenaga terapis wicara di Indonesia, masih sangat terbatas. ''Hingga saat ini, hanya ada sekitar 1.000 orang yang memiliki keahlian melakukan terapis wicara,'' katanya.
Menurutnya, jumlah ini masih sangat sedikit jika dibandingkan jumlah anak yang membutuhkan bantuan penanganan. Seperti di Kabupaten Purbalingga Hafidz menyebutkan, hingga saat ini hanya ada satu orang yang memiliki berprofesi sebagai terapi wicara yang bertempat di SD Purba Adhi Suta. Hal ini mengakibatkan kurang optimalnya pelayanan terhadap anak yang memiliki gangguan komunikasi.
Untuk itu, dia menilai pemerintah perlu menambah jumlah SDM profesi terapis wicara di setiap daerah, agar penanganan terhadap anak-anak yang mengalami kesulitan komunikasi bisa tertangani dengan optimal. ''Yang bisa kita lakukan saat ini, adalah memberikan sekadar pengetahuan pada para pendidikan agar mengetahui teknik terapi wicara, dan juga memberikan pemahaman pada orang tua dan masyarakat agar bisa ikut mendukung upaya pemulihan anak,'' jelasnya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Kabid Dikdas) Dinas Pendidikan Purbalingga, Sarjono, juga mengungkapkan bahwa tenaga profesional yang menangani terapis wicara di wilayahnya masih sangat langka. ''Saat ini hanya ada satu orang di Purbalingga yang telah memiliki sertifikat sebagai terapis wicara,'' katanya.
Dia mengaku tidak memiliki data secara pasti, mengenai jumlah anak berkebutuhan khusus di Purbalingga yang memiliki masalah dalam berkomunikasi. Namun mengacu data perbandingan 1:300 anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, maka jumlah anak di Purbalingga yang membutuhkan penanganan terapi wicara tergolong cukup besar.
Menurutnya, anak-anak tersebut perlu mendapatkan bimbingan dan pendampingan secara khusus untuk mengurangi keterbatasan mereka, karena seringkali anak-anak tersebut sebenarnya memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki anak-anak lain. ''Di sinilah pentingnya peranan profesi keterapian, keluarga, pendidik dan masyarakat untuk bekerja sama dalam memotivasi dan mendorong anak supaya mereka dapat menjadi putra putri yang berakhlak mulia, berintelejensi dan berprestasi,'' katanya.