Kamis 13 Oct 2016 10:58 WIB

Megawati: Generasi Muda Jangan Sampai Ahistoris

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Bilal Ramadhan
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Presiden RI kelima, Megawati Sukarnoputri, mengajak generasi muda dari berbagai negara yang hadir di Forum Kebudayaan Dunia (WCF) 2016, khususnya anak muda Indonesia untuk melek sejarah. Seluruh negara perlu bergotong royong memberi pemikiran, gagasan untuk mengintegrasikan budaya membentuk jati diri bangsa.

"Kita tak boleh menjadi kaum ahistoris. Sejarah adalah kekayaan kebudayaan manusia yang menjadi modal dan pusat analisa untuk kehidupan lebih baik di masa sekarang dan akan datang," katanya di Nusa Dua, Kamis (13/10).

Megawati mengatakan anak muda zaman sekarang lebih akrab dengan teknologi digital. Teknologi semestinya memanusiakan manusia, bukan menjadikan manusia sebagai robot. Teknologi seharusnya menambah ikatan emosional antarbangsa untuk menghargai perbedaan sebagai kekuatan, bukan ancaman. "Kekuatan digital harus menjadi sarana untuk melahirkan generasi muda yang tidak ahistoris," ujarnya.

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini mencontohkan Bali, sebuah pulau populer di dunia yang diakses berbagai teknologi, dikunjungi berbagai wisatawan mancanegara, namun tetap mempertahankan tradisi budayanya. Hari Raya Nyepi tidak dirayakan dengan pesta pora, melainkan keheningan.

Masyarakat Bali Nyepi dengan cara tidak berkegiatan, tidak bekerja, tidak menyalakan cahaya atau api, dan tidak bepergian. Bali menjadi satu-satunya pulau di dunia yang mampu mengistirahatkan Bumi secara total di setiap perayaan Nyepi.

Manusia, kata Megawati bisa melupakan sejenak teknologi lewat Nyepi untuk melebur dengan alam.  Ia mengusulkan WCF 2016 bisa merekomendasikan gerakan hening selama satu menit setiap tahunnya pada Hari Bumi. Makna Hari Bumi bisa diperluas sebagaimana Hari Nyepi. Jeda individu menjadi jeda kolektif. Jeda kolektif menjadi jeda dunia.

"Saya yakin kita bisa membuktikan bahwa modernisasi tak akan mampu menenggelamkan manusia. Kemajuan teknologi tak akan menjadikan manusia makhluk mekanik dan teratomisasi. Kita akan menemukan ruang introspeksi kembali ke jati diri, yaitu menjadi manusia otentik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement